Perempuan di Abad Pertengahan memiliki tekanan yang cukup keras di mana setiap perempuan diwajibkan memiliki anak dan menikah di usia 12 tahun.
Periode yang berlangsung dari abad ke-5 hingga ke-15 ini menjadi saksi bahwa diskriminasi terhadap perempuan sangatlah keras. Di samping mereka harus berlindung lantaran banyaknya terjadi peperangan kala itu, perempuan juga harus menghadapi tekanan terkait hirarki yang berlaku saat itu.
Baca Juga: Mengenang Bentrokan Berdarah TNI vs Polisi di Binjai, Dahsyat Bak Perang Kota Sungguhan
Dikutip dari Ancient Origins, salah satu tanggung jawab perempuan dikala perang yang mencekam yakni harus memiliki anak. Padahal saat itu adalah masa-masa di mana sangat berbahaya di semua tingkatan.
Banyak perempuan yang berakhir tewas lantaran melahirkan yang tidak memiliki akses ke dokter dan bidan kandungan. Selain itu, para bayi di kandungan perempuan juga banyak yang meninggal akibat kekurangan gizi dari sang ibu.
Selain itu, pernikahan pada Abad Pertengahan dapat dilakukan sejak usia 12 tahun. Namun, seorang sejarawan yang hidup di abad ke-15 mengatakan jika banyak perempuan yang melanggar batas-batas masyarakat di Abad Pertengahan.
Kebebasan dan kekuasaan perempuan di Abad Pertengahan juga terbatas. Mereka biasanya bertanggung jawab untuk mengajarkan anak-anak membaca dan mengelola rumah tangga sementara para pria pergi menghadapi perang.
Baca Juga: Cegah Terjadinya Diskriminasi Guru ke Murid di Sekolah, Kasudindik Jakut Ambil Langkah Ini
Namun, perempuan masih memiliki bebasan yakni dengan masih diperkenankan untuk meninggalkan rumah mereka sesuka hati. Biasanya perempuan bangsawan akan dikawal oleh pelayan wanita untuk membantu mereka membawa barang-barang.
