Perang Sampit, Dari Mitos Panglima Burung Sampai Ritual Penggal Kepala 

- Minggu, 26 April 2020 | 15:39 WIB
Ilustrasi saat terjadi Perang Sampit pada 2001 silam. (Twitter/@claristars).
Ilustrasi saat terjadi Perang Sampit pada 2001 silam. (Twitter/@claristars).

Masih terngiang sadisnya konflik perang antara etnis yang terjadi di Sampit pada 2001 silam. Peristiwa tersebut kembali mencuat setelah bermunculan tagar tersebut di Twitter pada Sabtu (25/4/2020) kemarin.

Perang etnis antara suku Dayak pribumi dan Madura yang saat itu menjadi pendatang mengalami puncaknya. Bahkan disorot sampai media asing.

Konflik Sampit sebenarnya dipicu di era 30-an saat pemerintah Belanda menelurkan perintah transmigrasi kepada warga Madura untuk pindah ke Sampit, Kalimantan Tengah. Warga Madura yang konon lebih pintar berdagang, mengambil alih perekonomian dan menggeser kedudukan etnis Dayak.

Melansir dari Wikipedia, konflik mulai terjadi seiring berjalannya waktu. Sampai akhirnya puncaknya meletus dengan sangat dahsyat di Februari 2001 silam. 

Perang antara Sampit dan Madura tersebut mengakibatkan 500 kematian serta beberapa warga Madura kehilangan tempat tinggal. Namun dari semua hal yang terkuak di luar, sebagian masyarakat mendengar isu saat perang etnis terjadi. Seperti ritual mistis masyarakat Dayak yang sakti dan aksi sadis penggal kepala.

Mitos Panglima Burung.

-
Ilustrasi suku dayak. (Pixabay/kalapahejo).

Kabarnya saat perang terjadi, para suku Dayak Dalam melibatkan roh Panglima Burung atau Pangkalima. Panglima Burung sendiri adalah tokoh mitos nan legendaris yang dipercayai sebagai tokoh pelindung dan pemersatu Suku Dayak, Kalimantan dan mengawasi seluruh kehidupan masyarakat Dayak. 

Panglima Burung akan turun sewaktu-waktu dalam bentuk seutuhnya atau merasuki seseorang untuk menolong apabila Suku Dayak sedang dalam posisi terancam, teraniaya, atau hendak melakukan peperangan.

Ritual Penggal Kepala.

-
Ilustrasi penggal kepala saat Perang Sampit. (Twitter/@mwv_mystic).

Suku Dayak sendiri melakukan ritual perburuan kepala (Ngayau atau Kayau). Sehingga dalam perang antara suku ini terdengar kabar warga Madura dihabisi dengan cara dipenggal kepalanya.

Sedikitnya 100 warga Madura dipenggal kepalanya oleh suku Dayak selama konflik ini. Suku Dayak memiliki sejarah praktik ritual pemburuan kepala (Ngayau), meski praktik ini dianggap musnah pada awal abad ke-20.

-
Kisah konflik dan Perang Sampit dan Sambas. (Twitter/@randicerdas).

Skala pembantaian membuat militer dan polisi sulit mengontrol situasi di Kalimantan Tengah. Pasukan bantuan dikirim untuk membantu pasukan yang sudah ditempatkan di provinsi ini. 

Pada 28 Februari, militer berhasil membubarkan massa Dayak dari jalanan, namun kerusuhan sporadis terus berlanjut sepanjang tahun.


Artikel Menarik Lainnya:

Editor: Administrator

Tags

Terkini

8 Arti Ular Masuk Rumah Menurut Primbon Jawa

Senin, 15 April 2024 | 12:00 WIB
X