Mendengar kata Glodok yang berada di kawasan Pecinan, Jakarta Barat, enggak lepas dari tempat yang identik dengan penjualan barang-barang elektronik. Mempunyai rekam jejak sejarah yang panjang, asal-usul nama Glodok ternyata berasal dari suara kucuran air yang berbunyi "grojok-grojok".
Penamaan itu karena pada masa kolonial Belanda di depan Museum Fatahillah yang berada sekitar 3 km dari Glodok terdapat waduk penampungan air yang berasal dari Sungai Ciliwung yang dikucurkan dengan pancuran kayu.
Karena lidah orang Tionghoa enggak bisa menyebut "grojok" akhirnya keluar sebutan "glodok" yang dipakai hingga kini. Namun ada yang menyebut pemberian nama Glodok karena terdapat Jembatan Glodok yang berada di Kali Besar. Tangga-tangga yang menempel pada tepi Kali Besar itu disebut Glodok, akhirnya kawasan ini disebut Glodok.
Menjadi surga elektronik sekitar tahun 1970-2000-an, bermacam barang elektronik dijual di sini mulai dari televisi, kulkas hingga surganya penjualan vcd bajakan. Glodok pernah berjaya menjadi destinasi belanja warga sekitar Jabodetabek. Seiring waktu kawasan Glodok kian sepi dan banyak toko yang enggak beroperasi lagi.
Menjadi pusat perdagangan sejak jaman penjajahan Belanda, VOC memang membuka pintu selebar-lebarnya bagi para imigran Tionghoa untuk meningkatkan perekonomian kala itu, karena dinilai orang Tionghoa ulet, rajin dan mahir dalam berdagang.
Diperkirakan sejak pertengahan abad ke-17, orang Tionghoa mulai tinggal di Glodok.
Kejadian Geger Pacinan pada 1740 dimana ribuan orang Tionghoa dibantai oleh serdadu VOC yang dipimpin oleh Gubernur Jenderal Adriaan Valckenier, menjadi peristiwa kelam bagi orang Tionghoa.
Perputaran uang di Jakarta di tahun 1950-1960 an sebagian besar berasal dari kawasan ini. Di saat itu Glodok dan Pasar Baru menjadi pusat pasar gelap perdagangan dolar. Tak hanya itu kegemaran orang Tionghoa akan candu menjadikan tempat ini sebagai bandar perdagangan candu legal di Batavia.
Sisi kelam Glodok terukir pada penjara Glodok yang sekarang menjadi gedung pertokoan Harco.
Baca Juga: Chinatown Ini Punya Paifang Kedua di Eropa, Asik untuk Rayakan Imlek
Penjara yang dibangun pada 1743 di masa kolonial Belanda ini awalnya hanya untuk menahan orang-orang Tionghoa. Namun belakangan penjara ini juga pernah dihuni proklamator Mohammad Hatta dan kelompok band legendaris Koes Bersaudara.
Kini, Glodok pun menjadi kawasan Pecinan terbesar di ibu kota. Di sini kamu bisa menemukan banyak kuliner Tionghoa legendaris seperti cempedak goreng Cik Lina dan kopi es Tak Kie.
Artikel Menarik Lainnya:
Kisah Rani Rindang, Sukses Membuat Urap dan Sate Ayam Terkenal di Ekuador