Lebih dari 500 petugas pemadam kebakaran sukarela sedang berjuang melawan kebakaran di Gunung Kilimanjaro, puncak tertinggi di Afrika.
Kebakaran dimulai pada Minggu (11/10/2020) dan sejak itu telah membakar lebih dari 13 mil persegi tanah.
Taman Nasional Tanzania (Tanapa) mengumumkan dalam tweet Rabu (14/10/2020) pagi bahwa api terkendali dan tidak membahayakan warga sekitar.
“Seperti yang Anda ketahui, ini adalah musim kemarau dan api menyebar dengan sangat cepat," kata pejabat komunikasi Tanapa Pascal Shelutete pada konferensi pers, The Citizen, situs berita Inggris Tanzania.
Kebakaran sempat berhasil diatasi pada awal pekan, namun kembali meletus pada Rabu (14/10/2020) di kawasan Gunung Kilimanjaro yang dikenal sebagai Bukit Kifunika.
Taman Nasional Tanzania menyebutkan, api menjalar ke 12 rumah, 2 fasilitas kamar mandi, dan 2 panel surya.
Api berada di tengah-tengah gunung, dari sekitar 8.850 hingga 12.100 kaki, dan dapat dilihat dari jarak bermil-mil.
Gunung Kilimanjaro adalah gunung api tunggal tertinggi di dunia, dengan ketinggian 19.443 kaki.
Kebakaran ini bisa menjadi salah satu yang terbesar yang pernah dilaporkan di perbatasan Kenya dan Tanzania.
Meskipun kebakaran kemungkinan besar akan berdampak pada flora dan fauna di gunung, ahli ekologi percaya bahwa tidak mungkin spesies endemik akan musnah sepenuhnya, karena lokasi api di gunung.
Namun, beberapa pihak mengkhawatirkan peningkatan frekuensi kebakaran hutan di Gunung Kilimanjaro.
"Ini merupakan tanda peringatan bahwa kami perlu mengambil tindakan yang mendesak dan efektif untuk mengendalikan kebakaran," kata Frank Luvenda, sekretaris eksekutif Badan Lingkungan Tanzania, kepada DW.
