Belva Devara Mundur Jadi Stafsus Milenial, Begini Tanggapan Ekonom Bhima Yudhistira

- Selasa, 21 April 2020 | 21:16 WIB
Bhima Yudhistira (Instagram/@bhimayudhistira)
Bhima Yudhistira (Instagram/@bhimayudhistira)

Keputusan mundurnya Belva Devara sebagai staf khusus (stafsus) milenial Presiden Joko Widodo (Jokowi) menuai tanggapan dari banyak pihak. Tak terkecuali ekonom muda dari Institute for Development of Economics and Finance (INDEF). 

Sebelumnya Bhima sempat melayangkan undangan terbuka untuk berdebat dengan Belva. Ada pun topik yang ingin diperdebatkan terkait Kartu Prakerja dan juga berbagai permasalahan yang tengah dihadapi Indonesia di tengah pandemi Covid-19.

Sekadar informasi, sebelum ditunjuk menjadi stafsus milenial Presiden Jokowi, Belva merupakan CEO Ruangguru. Perusahaannya itu kemudian terpilih sebagai salah satu mitra program pemerintah yakni Kartu Prakerja. Keterlibatan tersebut dianggap oleh banyak pihak dapat menyebabkan konflik kepentingan.

Kini, setelah Belva resmi mengundurkan diri sebagai stafsus milenial Presiden Jokowi, Bhima menyampaikan tanggapannya. Ada 4 tanggapan yang diberikan dan tertuang dalam akun Facebook pribadinya. Tanggapan pertama adalah mengapresiasi langkah pengunduran diri.

"Saya mengapresiasi mundurnya kawan Belva Devara dari posisi Staff Khusus Presiden sebagai bentuk pertanggung jawaban Milenial untuk lebih profesional dalam menjalankan bisnisnya. Belva telah menunjukkan bahwa Milenial harus memiliki integritas dan bisa menghindari konflik kepentingan yang muncul ketika berada dalam posisi di Pemerintahan," kata Bhima seperti yang dikutip Indozone, Selasa (21/4/2020).

Kendati demikian, menurutnya permasalahan terkait Kartu Prakerja tak lantas usai dengan mundurnya Belva. Bhima meminta agar dilakukan penyidikan terkait perjanjian kerja sama pada mitra pelaksana Kartu Prakerja yang dilakukan sebelum peraturan teknis dikeluarkan oleh pemerintah. Selain itu, menurutnya ada hal lebih penting yang harus diperhatikan.

 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 

A post shared by Adamas Belva Syah Devara (@belvadevara) on

"Kartu Prakerja tidak menjawab persoalan krisis yang dihadapi, bahwa korban PHK lebih membutuhkan bantuan berupa cash transfer/ BLT dibandingkan dengan pelatihan online. Untuk mencegah pemborosan anggaran, sebaiknya Pemerintah membatalkan pendaftaran gelombang kedua, dan mengalihkan seluruh anggaran Kartu Prakerja agar berdampak langsung pada daya beli masyarakat yang terkena Covid-19," lanjut Bhima.

Dirinya juga menyarankan, dari pada diadakan pelatihan online, lebih baik pemerintah memberikan subsidi internet selama 3-5 bulan kepada seluruh rakyat Indonesia. Tujuannya agar masyarakat dapat mengakses konten pelatihan serupa di berbagai platform.

Di sisi lain, Bhima juga berharap agar stafsus milenial lain yang memiliki konflik kepentingan antara bisnis dan jabatan publik untuk mengikuti jejak Belva. Stafsus tersebut diminta menentukan pilihan antara tetap dengan jabatannya di pemerintahan atau profesional melanjutkan bisnis startupnya. 

"Perjalanan karier kawan-kawan Millenial masih cukup panjang, dan generasi milenial yang jumlahnya 90 juta orang di Republik ini akan mengawasi setiap langkah kawan-kawan. Maka jagalah amanah ini dengan sebaik-baiknya. Kalian adalah harapan sekaligus contoh bagi rakyat Indonesia," kata Bhima.

Terakhir, dalam tanggapannya ia mengatakan undangan debat terbuka terhadap Belva Devara tidak berlaku lagi.

"Karena posisi Belva sudah tidak lagi menjadi Staff Khusus, maka berakhirlah undangan debat yang saya ajukan. Saya tidak memiliki masalah dengan Belva secara personal, melainkan hanya ingin mengajak bertukar pandangan terkait posisinya sebagai Staff Khusus Presiden," pungkas Bhima.

Artikel Menarik Lainnya:

Editor: Administrator

Tags

Rekomendasi

Terkini

X