Aktivitas Urban Farming Warga DKI Jakarta Meningkat selama Masa PSBB

- Selasa, 16 Juni 2020 | 16:06 WIB
Ilustrasi urban farming. (Unsplash/Joshua Lanzarini)
Ilustrasi urban farming. (Unsplash/Joshua Lanzarini)

Selama Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) diterapkan di DKI Jakarta, banyak masyarakat yang mulai melakukan pertanian di lahan terbatas wilayah perkotaan atau urban farming.

Ini merupakan kegiatan pertanian perkotaan dengan menggunakan media tanam yang berbeda dari konsep pertanian konvensional.

Kepala Bidang Pertanian Dinas Ketahanan Pangan, Kelautan dan Pertanian (DKPKP) Provinsi DKI Jakarta, Mujiati, mengatakan pihaknya rutin memberikan pelatihan kepada masyarakat mengenai urban farming.

Saat ini pun tercatat ada 600 gang hijau, 300 karang taruna, ibu-ibu PKK serta 500 ruang publik terpadu ramah anak (RPTRA) di Ibukota yang sudah melakukan kegiatan perkebunan jenis ini.

"Jadi taman-taman yang dulunya digunakan untuk tanaman hias sebaiknya dialihkan ke tanaman sayuran," katanya saat rapat kerja evaluasi PSBB bersama Komisi B DPRD DKI Jakarta, Selasa (16/6/2020).

Mujiati menerangkan, urban farming memiliki banyak keuntungan. Salah satunya karena kegiatan ini dapat dilakukan di mana saja tanpa harus menggunakan banyak lahan, tidak seperti kebun umumnya.

"Bisa di halaman, bisa di atap. Kemarin di Jakarta Barat itu di atas masjid, di Tebet juga di atap masjid. Kemudian ada yang di gang, ada yang di depan rumah, ada yang di sekolah, SMA 70 juga ikut nanam," ujarnya.

Di samping itu, keuntungan lainnya ialah panen yang dihasilkan lebih sehat dan segar, karena ditanam sendiri dan tidak menggunakan pestisida. Sejauh ini, yang paling banyak ditanam oleh warga Jakarta adalah tanaman jenis sayuran.

"Ada bayam, kangkung, sawi. Dan kami memang minta dukungan ke pemerintah pusat untuk bantuan benihnya," tutupnya.


Artikel Menarik Lainnya:

Editor: Fahmy Fotaleno

Tags

Rekomendasi

Terkini

X