Belanja Rumah Tangga Jadi Penopang Utama Pertumbuhan Ekonomi Indonesia

- Rabu, 5 Februari 2020 | 17:29 WIB
Kepala BPS Suhariyanto dalam acara konferensi pers pertumbuhan ekonomi Indonesia Kuartal IV dan Tahun 2019 di Kantor Pusat BPS, Jakarta, Rabu (5/2/2020). (INDOZONE/Sigit Nugroho)
Kepala BPS Suhariyanto dalam acara konferensi pers pertumbuhan ekonomi Indonesia Kuartal IV dan Tahun 2019 di Kantor Pusat BPS, Jakarta, Rabu (5/2/2020). (INDOZONE/Sigit Nugroho)

Badan Pusat Statistik (BPS) melaporkan, tingkat pertumbuhan ekonomi (PDB) Indonesia di sepanjang tahun 2019 adalah sebesar 5,02%. 

Angka tersebut berada di bawah ekspektasi dari para ekonom yang sebelumnya optimis PDB secara tahunan di 2019 bisa diatas 5,05% karena didorong oleh kebijakan makro maupun moneter yang dianggap sudah tepat. 

Kepala BPS Suhariyanto mengatakan, penyumbang pertumbuhan dari sisi produksi yang tertinggi berasal dari sektor jasa yang menyumbang kontribusi sebesar 10,78%. 

Sedangkan dari sisi pengeluaran, kontribusi terhadap PDB yang tertinggi dicapai oleh komponen komponen pengeluaran konsumsi lembaga non profit yang melayani rumah tangga, dengan kontribusi hingga 10,62%. 

"Pertumbuhan konsumsi rumah tangga didorong kelompok kesehatan dan pendidikan, restoran dan hotel, serta makanan dan minuman selain restoran. Sementara pertumbuhan investasi di dorong barang modal jenis bangunan, mesin dan perlengkapan, serta sumber daya hayati," ujar Suhariyanto dalam paparan pertumbuhan ekonomi Kuartal IV dan Tahun 2019 di kantornya, Rabu (5/2/2020). 

Diakui Suhariyanto, capaian PDB 2019 lebih rendah dari tahun 2018. Meski berbagai upaya telah dilakukan pemerintah, namun PDB kuartal IV yang hanya mampu tumbuh 4,97% ternyata tak cukup kuat mendorong laju pertumbuhan secara tahunan. 

Menyikapi rilis BPS tersebut, Kepala Ekonom Bank BNI Ryan Kiryanto berpendapat, meski terjadi penurunan PDB di kuartal IV yang berada di bawah 5%, termasuk juga capaian PDB secara tahunan yang lebih rendah dibanding pada 2018 lalu, namun hal ini disebut sudah cukup baik mengingat di sepanjang 2019, tekanan perekonomian domestik maupun global cukup kencang.  

"Tidak terlalu mengejutkan jika realisasi PDB Indonesia 2019 hanya 5,02%. Inilah capaian terbaik yang bisa diraih di tengah tekanan eksternal yang amat kuat. Ada peristiwa Brexit, trade war (AS-Tiongkok), geopolitic risks, low commodities price," ujar Ryan kepada Indozone, saat dihubungi, Rabu (5/2/2020). 

Ryan juga menyebut, langkah Bank Indonesia yang taktis dalam mengambil kebijakan moneter dan makroprudensial serta bauran kebijakannya, terbukti mampu secara efektif menahan perlambatan ekonomi, sehingga PDB tetap bisa bertengger di atas level 5%. 

"Kita lihat dengan inflasi 2019 yang rendah hanya 2,72%, ini memberikan makna pengelolaan makroekonomi domestik secara umum sudah baik," pungkasnya.

Artikel Menarik Lainnya:

Editor: Administrator

Tags

Rekomendasi

Terkini

X