Cegah Polarisasi di Pemilu 2024, Para Elite Diminta Stop Politik Kebencian!

- Rabu, 29 Juni 2022 | 11:59 WIB
Petugas KPU menunjukkan tampilan Sistem Informasi Partai Politik (Sipol) Pemilu 2024 di Jakarta. (ANTARA/Aditya Pradana Putra)
Petugas KPU menunjukkan tampilan Sistem Informasi Partai Politik (Sipol) Pemilu 2024 di Jakarta. (ANTARA/Aditya Pradana Putra)

Partai Demokrat memandang terdapat sebuah cara untuk menghentikan polarisasi di tengah masyarakat menjelang Pemilu 2024 dan Pilpres 2024. Salah satunya adalah membuka ruang untuk koalisi, kemudian menghasilkan minimal tiga pasangan capres-cawapres.

Kepala Badan Komunikasi Strategis DPP Partai Demokrat, Herzaky Mahendra Putra mengatakan, elite politik harus terbiasa dan siap untuk berkompetisi. Bukan malah alergi, demi kepentingan elektoral dan kemenangan semata, malah berupaya menghalang-halangi calon lain muncul dalam kontestasi, dan memastikan hanya dua kubu.

“Pilpres 2014 dan 2019 yang hanya diikuti dua kubu dan sosok yang bertarung sama persislah yang membuat keterbelahan di masyarakat semakin mendalam. Buka ruang untuk koalisi dan pasangan calon minimal tiga di Pilpres 2024 untuk cegah keterbelahan,” kata Herzaky kepada wartawan dikutip Rabu (29/6/2022).

Dia berujar, menyebar politik kebencian, framing dan labelling yang merusak bangsa harus dihentikan. Jangan juga demi kemenangan, berupaya sebisa mungkin menghancurkan lawan dalam kontestasi.

Karena, tutur Herzaky, tidak lagi kedepankan adu gagasan dan adu program, tetapi menyerang pribadi, bahkan menguliti habis kekurangan pribadi lawan. Bukan beradu kelebihan, melainkan mengeksploitasi habis kekurangan lawan.

“Bahkan memframing lawan sebagai ancaman yang bisa menghancurkan negeri kalau terpilih.  Melabel lawan dengan citra kelompok yang dibenci,” bebernya.

BACA JUGA: Sudah 3 Kali Bertemu dengan Demokrat, NasDem: Hubungan Kita Romantis!

Herzaky berujar jika elit politik harus memberikan contoh. Mesti terbuka dan jaga komunikasi dengan semua pihak. Karena menghargai perbedaan, memihat pihak yang berbeda pendapat atau berbeda kubu, bukan sebagai musuh, melainkan sebagai lawan berdialektika, dan mitra dalam membangun negeri. Tiga hal ini yang menjadi kunci mengatasi polarisasi.

“Padahal, jelas-jelas polarisasi ini, keterbelahan di masyarakat, terjadi sejak Pilpres 2014, ketika hanya ada dua kubu capres, Jokowi dan Prabowo, yang kemudian berlanjut di 2019,” ucapnya.

Artikel Menarik Lainnya:

Editor: Edi Hidayat

Tags

Rekomendasi

Terkini

X