Perdebatan, pertengkaran hingga perbedaan pola pikir memang sering terjadi diantara pasangan yang sedang menjalani sebuah hubungan. Mereka yang bersikap dewasa akan memilih untuk segera mencari jalan keluar dari permasalahan tersebut. Akan tetapi, bagi mereka yang masih memiliki rasa ego yang tinggi, mustahil untuk melakukannya.
Beberapa pasangan memilih untuk melakukan silent treatment (mendiamkan pasangan) jika masalah yang dihadapi tak kunjung selesai. Sebab secara garis besar, silent treatment kerap dianggap sebagai jalan pintas yang bisa diambil. Tindakan ini dinilai mampu meredam pertengkaran yang terjadi.
Jika pasangan yang sedang memiliki masalah tetap memaksa untuk saling beradu argumen, ditakutkan hal tersebut hanya akan memperkeruh suasana. Akan tetapi, dibalik pemilihan silent treatment yang dinilai baik tersebut, ada efek buruk yang mengintai. Salah satunya adalah menurunnya kualitas sebuah hubungan.
Mengapa demikian? Ketika seseorang memilih melakukan silent treatment pada pasangannya dengan maksud untuk memberikan sebuah ‘hukuman’ atau efek jera atas permasalahan yang ada, sang pasangan malah akan menganggap kalau dirinya sedang diasingkan, tak dianggap dan merasa tidak dihargai.
Contohnya saja, ketika kalian sedang bertengkar lalu kamu memilih untuk diam kemudian aktif memainkan gadget dan benar-benar tak mendengarkan pasanganmu yang kala itu sedang berbicara dengan serius, ini berarti kamu telah melakukan silent treatment padanya. Bukannya makin membaik, ia justru akan makin membenci sikapmu tersebut. Ia pun berpikir kalau kamu sudah tak menyayanginya lagi.
Kualitas hubungan kalian juga akan menurun jika silent treatment berubah menjadi sebuah kebiasaan. Oleh karena itu, bicarakan setiap masalah yang ada dengan pikiran terbuka. Komunikasikan semuanya dengan cara yang baik agar kamu dan pasangan mendapatkan pemecahan masalah yang baik pula.
