Penelitian telah menunjukkan empati memberikan petugas layanan kesehatan kemampuan untuk memberikan dukungan yang sesuai dan membuat lebih sedikit kesalahan. Ini bantu meningkatkan kepuasan pasien dan meningkatkan hasil pasien, menghasilkan perawatan yan lebih baik secara keseluruhan.
Dalam edisi mendatang Journal of Medicine Imaging and Radiation Sciences, yang diterbitkan oleh Elsevier, salah seorang dokter dan peneliti multidisiplin dari Universitas Dalhousie lakukan tinjauan intergratif untuk mensintesis temuan mengenai VR sebagai alat pedagosis untuk memunculkan perilaku empati dalam radiasi medis.
Secara informal, empati sering kali digambarkan kemampuan untuk menempatkan diri pada posisi orang lain. Empati sangat penting untuk perawatan yang berpusat pada pasien dan penting untuk pengembangan hubungan terapeutik antara pengasuh dan penerima perawatan. Saat ini, ada kebutuhan untuk kembangkan alat dan pendekatan yang efektif dapat distandarisasi, berisiko rendah, aman untuk gagal, mudah diulang, dan dapat bantu munculkan perilaku empati.
Kedua jenis studi tersebut membantu para peneliti mendapatkan pemahaman tentang bagaimana rasanya memiliki penyakit atau kebutuhan tertentu dan berlatih berinteraksi dengan penerima perawatan virtual. Melihat hal itu, Megan Brydon selaku penulis pimpinan studi memberikan komentarnya.
"Meskipun penelitian yang kami lihat tidak secara pasti menunjukkan VR dapat membantu mempertahankan perilaku empati dari waktu ke waktu, ada banyak harapan untuk penelitian dan aplikasi di masa mendatang di bidang ini." ungkapnya.
