Arthur Conan Doyle, Sang Pembunuh Detektif Sherlock Holmes

- Sabtu, 15 Februari 2020 | 05:52 WIB
Penulis Arthur Conan Doyle (Wikipedia)
Penulis Arthur Conan Doyle (Wikipedia)

Nama Sherlock Holmes tak lepas dari sosok penulis Arthur Conan Doyle. Sebagai pencipta tokoh detektif fenomenal di abad 19 tersebut, ia dikenal sebagai penulis yang berhasil menciptakan karakter fiksi yang begitu dekat di masyarakat. 

Arthur Conan Doyle dilahirkan pada 22 Mei  1859. Ia merupakan anak pertama dari pasangan Charles Altamont Doyle dan Mary Doyle. Ia diberi nama “Arthur Ignatius Conan” sebagai nama baptisnya.

Meski berasal dari keluarga yang kurang mampu, tetapi orang tua Conan Doyle masih mampu mengirimkan ke sebuah sekolah yang bagus. Ia kemudian melanjutkan pendidikannya di Universitas Edinburgh untuk mempelajari ilmu kedokteran dari 1876 sampai 1881.

Setelah lulus, ia mencoba membuka praktek. Namun sayangnya tidak ada pasien yang mendatangi tempat prakteknya sampai kekurangan uang. 

Saat kekurangan uang inilah, ia pun berinisiatif untuk menulis sebuah cerita yang lebih baik daripada cerita-cerita yang pernah ia buat sebelumnya. Doyle akhirnya terinspirasi untuk mencoba membuat cerita tentang karakter seorang detektif.

Berdasarkan buku 'Murder For pleasure' karya Howard haycraft (1954), Doyle mulai mencoba menciptakan karakter yang mengerti tentang ilmu forensik dan kedokteran. Tokohnya juga harus memiliki kemampuan deduksi layaknya dosennya sekaligus mentornya semasa kuliah, Dr. Joseph Bell.

Awalnya Doyle menulis kisah ini pada tahun 1886. Cerita ini diberikan kepada Ward Lock & Co pada tanggal 20 November 1886, dan dibayar seharga £25. Cerita ini baru diterbitkan dan dimuat dalam Beeton’s Christmas Annual pada akhir tahun 1887.

Doyle kemudian menjadi semakin terkenal karena buku-buku dan cerita-ceritanya tentang Sherlock Holmes. Bahkan ketenarannya tokoh ini mengalahkan dirinya sendiri, sehingga membuat Doyle merasa muak dengan tokoh sang detektif tersebut. 

Sehingga ia berpikir untuk “mematikan” tokoh Sherlock Holmes dan mengakhiri semua kisahnya. Untuk membuat kisah kematiannya terlihat lebih dramatis, ia menciptakan tokoh penjahat yang memiliki kejeniusan setara dengan Sherlock Holmes, yaitu Profesor Moriarty. 

Kematian sang detektif membuat para fans-nya bersedih dan marah. Doyle dipaksa untuk menghidupkan kembali kisahnya, termasuk para penerbit. Para penggemar Sherlock Holmes sempat berdemo di depan kantor Strand Magazine. 

Namun, Doyle menolaknya. Selama delapan tahun ia berhenti menulis kisah Sherlock Holmes.  

Desakan itu semakin menjadi, sehingga akhirnya di tahun 1901, Doyle menulis kembali kisah Sherlock Holmes dalam “The Hound of the Baskervilles”. Penjelasan mengenai bagaimana Sherlock Holmes bisa hidup kemudian diceritakan dalam “The Adventure of the Empty House” pada tahun 1903. 

Kisah pendek tersebut akhirnya dirangkum dengan kisah lainnya dalam ”The Return of Sherlock Holmes” pada tahun 1904. Di tahun yang sama novel “The Valley of Fear” juga diterbitkan dan menjadi novel Sherlock Holmes terakhir yang ditulis.

Artikel Menarik Lainnya:

Editor: M Fadli

Tags

Terkini

8 Arti Ular Masuk Rumah Menurut Primbon Jawa

Senin, 15 April 2024 | 12:00 WIB
X