Merugi Hingga Rp75 M, Industri Wisata Selam Siap Terima Wisatawan

- Rabu, 4 November 2020 | 22:44 WIB
Ilustrasi menyelam. (Pexels/VisionPic.net)
Ilustrasi menyelam. (Pexels/VisionPic.net)

Wisata selam menjadi salah satu daya tarik Indonesia bagi wisatawan asing. Namun di masa pandemi, industri wisata selam menjadi salah satu yang terdampak paling buruk.

Selain karena banyak negara yang belum mengizinkan warganya berwisata ke Indonesia, faktor penularan virus corona juga menjadi penyebabnya. Selama kurang lebih sembilan bulan, para pelaku usaha wisata selam pun harus pasrah.

"Kita masih dalam survival mode, kebetulan saya lama di Labuan Bajo, saya melihat ada industri yang ditinggalkan karena sudah hampir sembilan bulan kita mengalami krisis pandemi corona dan ekonomi," kata Ricky Soerapoetra selaku Ketua Umum Perkumpulan Wisata Selam Indonesia dalam webinar, Selasa (3/11/2020).

Ia menuturkan, banyak perusahaan yang meninggalkan industri selam di Indonesia karena harus kembali ke negara asalnya akibat pandemi. Berdasarkan survei yang dilakukan pada April 2020, 66,2% usaha di industri wisata selam berhenti beroperasi.

"Total kerugian Rp75,8 miliar, pekerja yang terdampak hampir 1.784," lanjutnya.

-
Ilustrasi menyelam. (Pexels/Pixabay)

Oleh karena itu, Ricky menilai adanya panduan Cleanliness, Health, Safety, and Environmental Sustainability (CHSE) untuk wisata selam yang dirilis Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf) bisa membuat Indonesia meraih kepercayaan dari wisatawan mancanegara.

Dalam jangka pendek, industri wisata selam membidik wisatawan domestik. Menurut Rizki, ada 115 destinasi yang sudah membuka pintu untuk tarveling. Sementara 113 lainnya masih mengupayakan agar traveling lebih mudah dicapai.

"Semoga dengan adanya program ini ke depan bisa mendapat confidence dari negara-negara untuk bisa membuka pintunya untuk warga negara mereka ke Indonesia. Dan itu dinilai dari apa yang kita upayakan. Salah satunya apa yang industri dan pemerintah lakukan adalah membuat panduan CHSE wisata selam dan sertifikasi ke depannya," kata Ricky.

Untuk wisman sendiri, Ricky mengatakan pihak imigrasi Indonesia belum membuka pintu untuk traveler internasional, khususnya di bidang pariwisata.

"Tentunya upaya ini memang kita butuh gotong royong untuk meyakinkan imigrasi kita bisa kita buka dan koordinasi dengan Kemenparekraf seberapa besar kita bisa membuka marketnya," pungkas Ricky.

 

Artikel Menarik Lainnya:

Editor: Edi Hidayat

Tags

Rekomendasi

Terkini

7 Tips Memilih Hotel untuk Liburan Bersama Keluarga

Minggu, 14 April 2024 | 13:10 WIB
X