Story Telling Jadi Solusi untuk Gaet Wisatawan Milenial

- Jumat, 12 Juni 2020 | 09:05 WIB
Candi Prambanan. (Kemenparekraf)
Candi Prambanan. (Kemenparekraf)

Selain menikmati keindahan suatu destinasi wisata, story telling menjadi nilai tambah untuk menghidupkan suasana saat berwisata. Story telling adalah sebuah teknik menceritakan kisah berdasarkan lokasi atau destinasi wisata. Biasanya ini sangat cocok disampaikan di situs-situs warisan dunia seperti Candi Prambanan.

Deputi Bidang Produk Wisata dan Penyelenggaraan Kegiatan (Events) Kemenparekraf menjelaskannya dalam Webinar Wisata Heritage bertema "Mengangkat Nilai-Nilai Produk Wisata Warisan Budaya Dunia dengan Gaya Bercerita Millenial" pada Kamis (11/6/2020).

"Nilai-nilai tersebut dapat disampaikan secara naratif baik melalui visual, audio, photo caption/texts, ataupun kombinasi tiga metode tersebut," kata Rizki Handayani dalam keterangannya.

Ia mengatakan, teknok story telling dapat menjadi solusi untuk para pelancong milenial agar mau mengunjungi suatu destinasi kembali.

"Anak-anak muda sekarang, kalau tidak bercerita dengan baik mereka cenderung akan bosan dan tidak mau berkunjung lagi. Untuk itu, narasi yang dibangun melalui story telling yang baik, akan mampu memberikan edukasi yang baik kepada masyarakat, menambah pengalaman berkunjung wisatawan, hingga membangun rasa penasaran bagi orang-orang untuk mengunjungi situs-situs tersebut," ujarnya.

Arkeolog Balai Pelestarian Cagar Budaya Daerah Istimewa Yogyakarta, Manggar Sari Ayuati menjelaskan peta penyebaran situs di kawasan Prambanan terdapat kurang lebih 30 situs yang bisa dieksplorasi. Sembilan situs berlatar agama Hindu seperti Candi Prambanan, Kedulan, Barong, Ijo, Miri, Pondok, Ganesha Dawangsari, Sumur Bandung, dan Randu Gunting.

-
Candi Plaosan. (Kemenparekraf)

Kemudian 14 situs berlatar agama Buddha seperti Sewu, Bubrah, Lumbung, Ghana, Plaosan, Sojiwan, Kalasan, Sari, Pakem, Bugisan, Bogem, Sumber Watu, Dawangsari, dan Banyunibo. Satu situs pemukiman Ratu Boko, satu situs Perbengkelan Gupolo. Lima situs tidak teridentifikasi latar belakang keagamaannya seperti Tinjon, Watu Gudig, Karang, Sanan, dan Patihan.

“Kawasan Prambanan merupakan sebuah kota kuno terbukti dari banyaknya peninggalan budaya yang ada. Dan merupakan peninggalan Kerajaan Mataram kuno yang merupakan sebuah peradaban yang maju dengan segala organisasi kenegaraan yang telah terstruktur dengan baik sehingga menjadi salah satu peletak dasar kehidupan bernegara di Indonesia,” katanya.

Manggar juga menjelaskan, nama-nama desa yang berada di sekitar Prambanan menunjukkan adanya kesinambungan dengan masa lalu. Sebagai contoh adalah nama Desa Taji dan Pulowatu.

“Nama-nama tersebut merupakan nama watak dalam Kerajaan Mataram kuno sebagaimana tercantum dalam prasasti-prasasti pendek di Candi Plaosan,” katanya.

Sementara itu, menurut kreator konten, Astrid Savitri, penyampaian cerita akan meningkatkan nilai suatu produk wisata. Pencerita yang baik harus memiliki sudut pandang, struktur dan alur cerita, serta empati kemanusiaan.

“Pencerita yang baik adalah pengamat dan penyimak yang baik. Ia dapat menceritakan sebuah objek atau situasi dengan kata-kata yang baik. Tipsnya adalah menggunakan kalimat sederhana dan sependek mungkin serta menghindari kalimat yang bersayap. Perbanyak deskripsi dan gunakan kalimat aktif, selektif mengutip dan perkaya diksi dengan cara banyak membaca, menonton dan menyimak,” ujarnya.

 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 

A post shared by Indonesia.Travel (@indtravel) on


Artikel Menarik Lainnya:

Editor: Administrator

Tags

Rekomendasi

Terkini

5 Rekomendasi Penginapan di Sumba Timur, NTT

Selasa, 23 April 2024 | 20:50 WIB

7 Tips Memilih Hotel untuk Liburan Bersama Keluarga

Minggu, 14 April 2024 | 13:10 WIB
X