Kekayaan budaya berupa rumah raja menjadi salah satu potensi yang dapat dijadikan daya tarik wisatawan.
Di Pulau Rote, Nusa Tenggara Timur terdapat rumah raja yang saat ini berusia 93 tahun, yang tampak seperti tidak terurus.
Pembangunan rumah tersebut dilakukan oleh Raja Thie, A.W. Mesakh pada tahun 1930 yang bertujuan untuk menghentikan perang saudara antara Kerajaan Thie dan Kerajaan Dengka.
Baca juga: Tangga Menuju Langit di Toraja, Spot Wisata Sekaligus Tempat Memohon Doa
Rumah Raja Thie dengan luas banguan 70 X 60 meter ini dibangun diantara perbatasan dua kerajaan. Rumah ini awalnya tak memiliki daun pintu dan jendela.
Namun pada tahun 1999 direnovasi dengan menggunakan bahan kayu lontar atau Borassus flabellifer.
Rumah Raja Thie itu terdiri atas tiga lantai di mana lantai satu dipergunakan untuk menyimpan gula, dan padi, lantai dua sebagai tempat tidur dan pertemuan raja. Sementara lantai tiga untuk menyimpan hasil bumi.
Awalnya ada dua tangga namun waktu direnovasi kembali tangganya dijadikan satu untuk menghubungkan lantai dasar dan lantai dua.
Rumah Raja itu terletak di dusun Tuasu’uk, Desa Oebafok, Kecamatan Rote Barat Daya, ± 14 km dari kota Ba’a.
Baca juga: Penampakan Meriam Perang Kerajaan Sambas, Konon ‘Warisan’ dari Kolonial Belanda
Untuk sampai di sana, dapat ditempuh dengan kendaraan pribadi sekitar 20 hingga 25 menit, letaknya persis dipinggir jalan umum.
Belakangan rumah ini terkesan tak terurus, hal ini terlihat dari pintu rumah yang selalu terkunci dan beberapa bagian atap sudah berlubang dan dibiarkan begitu saja.
Berharap banguan benilai historis ini segera mendapat perhatian dan dapat dikelola menjadi salah satu destinasi budaya yang berpotensi menarik wisatawan.
Artikel Menarik Lainnya: