Mendaki Gunung Jadi Perjalanan Spiritual Tanpa Batas

- Rabu, 24 Juni 2020 | 12:31 WIB
Pendakian Agustinus Dwi Cahyo di Gunung Everest, Nepal. (Instagram/agustinusdwicahyo)
Pendakian Agustinus Dwi Cahyo di Gunung Everest, Nepal. (Instagram/agustinusdwicahyo)

Bermain di alam terbuka memberikan kesempatan pada kita untuk mengenali diri lebih dalam. Bukan hanya tentang perjalanan, melainkan makna kehidupan untuk bekal di masa mendatang. Inilah yang dirasakan penggiat kegiatan alam terbuka, Agustinus Dwi Cahyo.

Masih terekam jelas dalam ingatan Tinus saat pertama kali mengakrabkan diri dengan alam terbuka. Kala itu, Tinus masih duduk di Sekolah Dasar, berlarian dan bermain di alam terbuka menjadi suatu kegiatan yang tak pernah dilewatkan.

Beruntung, Tinus tumbuh dan berkembang di tengah keluarga yang juga mencintai alam bebas. Bersama keluarga, ia kerap melakukan aktivitas seru seperti berkemah di kawasan wisata alam dan konservasi, atau bermain di desa-desa kaki gunung, menikmati indahnya pemandangan alam serta air terjun.

Di tahun 2005, saat masih duduk di bangku SMA, Tinus memberanikan diri untuk mengikuti pendakian ke Gunung Gede Pangrango. Rasa penasaran yang besar mampu mengalahkan ketakutan yang sempat dirasakan. Tentunya juga diimbangi dengan menggali pengetahuan dan riset, serta didampingi oleh para pelatih demi menciptakan pendakian yang tetap aman dan nyaman.

 

 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 

Tiba di Tengboche, dengan ketinggian 3870 mdpl (setinggi gn,Kerinci) , Kami disambut megahnya Monastery (kuil,biara) dengan latar sejarahnya, kami pun seperti masuk kedalam atmosfer ritual di sana karena begitu heningnya suasana di dalam kuil, serta ornamen khas - khas kepercayaan. Kemegahan yang disuguhkan ternyata belum berhenti, Beruntung cuaca mempersilahkan kami melihat kemegahan sang Kuasa, di tempat ini akhirnya pertama kali kami #ultra7 bisa melihat sekeliling hamparan pegunungan tinggi menjulang diselimuti putihnya salju, mulai dari Amadablam sampai sang Chomolungma, Everest. And, welcome himalaya. #escapadeqube #ultra7 #qubicle_id #pendakiindonesia #mountainesia #outside_project #theadventurejunkies #MeisterShots #lifeofadventure #Artofvisuals #AOV #earthfever #AdventureVisuals #livefolkindonesia #30xthirty #instapendaki #lifeofadventure #campcoop #AllDayExploring #WeLiveToExplore #infopendaki #mountainesia #travellerid #alldayhubs #patchyourtrip #lensmate #explorerscorner #excorpedition #plasma4depok #infopendaki (Foto oleh : @noerhoeda )

A post shared by Agustinus Dwi Cahyo (@agustinusdwicahyo) on

 

"Minimnya pengalaman membuat saya sempat takut, namun berbekal pendidikan dan pelatihan yang didapat dari Sispala (Siswa Pecinta Alam) membulatkan tekad saya untuk berani mendaki gunung pertama saya saat itu," kata Agustinus Dwi Cahyo, saat dihubungi Indozone, Rabu (24/6/2020).
 


Kemudian di tahun 2010, Tinus mengikuti Pendidikan Dasar di Perhimpunan Penempuh Rimba dan Pendaki Gunung atau Wanadri. Melalui pendidikan dan pelatihan Wanadri, Tinus semakin kaya akan informasi dan keilmuan tentang berkegiatan di alam bebas.

Seiring berjalannya waktu, lelaki berusia 29 tahun ini sudah berhasil mendaki lebih dari 20 gunung yang ada di Indonesia. Pencapaian ini adalah pengalaman sekaligus salah satu guru terbaik dalam perjalanan hidupnya.

Pendakian di Taman Nasional Gunung Leuser, Aceh, menjadi pengalaman pendakian yang paling berkesan. Meskipun bukan menjadi gunung tertinggi di Indonesia, gunung Leuser menawarkan berbagai macam tantangan bagi para pendaki.

 

Halaman:

Editor: Edi Hidayat

Tags

Rekomendasi

Terkini

7 Tips Memilih Hotel untuk Liburan Bersama Keluarga

Minggu, 14 April 2024 | 13:10 WIB
X