Disebut kampung sejarah karena nantinya akan difungsikan untuk menyokong penemuan terkait Masjid Jami Kalipasir, yang merupakan masjid tertua di Kota Tangerang. Lokasi masjid ini sekitar satu kilometer di belakang Masjid Agung Al-Ittihad, tepatnya di dalam Kampung Kalipasir No. 18, Sukasari, Kota Tangerang.
Masjid ini merupakan masjid tertua di Kota Tangerang yang telah berdiri sejak tahun 1576 silam dan sekarang telah berusia lebih dari 446 tahun.
Raufi, salah satu Dewan Kemakmuran Masjid (DKM) menyebutkan, mulanya masjid ini hanyalah sebuah gubuk kecil di tengah hutan yang didatangi oleh Ki Tengger Jati, seorang penyiar agama Islam dari Kerajaan Galuh Kawali.
“Dulu kondisinya masih hutan waktu beliau datang ke sini, kemudian beliau membangun gubuk kecil yang menjadi tempat tinggal dan tempat ibadah mereka. Selama sekitar empat tahun, tahun 1416 kemudian semakin diperbesar tempat ibadahnya," paparnya.
Nah, Kampung Sejarah Kalipasir ini merupakan sebuah program restorasi tahap awal, kerjasama pemerintah Kota Tangerang dan warga kampung yang ingin menjadikan daerah mereka betul-betul sebagai kampung sejarah, terutama terkait masjid tersebut.
Hal yang akan dikedepankan mulai dari pengenalan budaya, sejarah, hingga terus dilakukan riset yang diharapkan menghasilkan penemuan-penemuan terbaru terkait sejarah Masjid Jami Kalipasir. Salah satunya seperti melalui uji patahan artefak yang ditemukan.
“Restorasi di area masjid juga kami lakukan dengan cara pelestarian makam yang diberikan gazebo di atasnya untuk melindungi dari dampak cuaca (hujan dan panas), serta agar makam tetap pada kondisi aslinya,” ujar Raufi.
Tak hanya area masjid dan makam saja yang dilakukan restorasi serta perubahan, nantinya rumah-rumah di kampung tersebut juga akan diberi sentuhan agar memiliki kesatuan dengan masjid.
Menurut Raufi, sejarah mengenai Masjid Jami Kalipasir perlu terus diupdate mengikuti penemuan terbaru agar informasi tetap akurat.
“Misalnya saja soal salah satu bagian masjid yang arsitekturnya disebut bergaya Cina seperti pagoda. Bentuknya memang mirip, tapi sebetulnya ada teori mengenai unsur segi delapan yang erat kaitannya dengan agama Islam. Sama seperti di Masjid Agung Banten, itu kan ada unsur penggunaan segi delapan juga. Hal seperti ini yang perlu diupdate dan diinformasikan ke publik agar tidak salah paham,” tuturnya.
Artikel Menarik Lainnya:
- Candi Gunung Kawi: Mengungkap Keajaiban Pahatan Megah dan Sejarah Kerajaan Bali
- Upacara Muksa, Sejarah di Balik Keindahan Pantai Ngobaran Gunung Kidul
- Intip Koleksi Pesawat di Museum Dirgantara, Objek Wisata Sejarah yang Cocok Buat Keluarga
Konten ini adalah kiriman dari Z Creators Indozone.Yuk bikin cerita dan konten serumu serta dapatkan berbagai reward menarik! Let's join Z Creators dengan klik di sini.