Keberadaan pariwisata merupakan salah satu faktor berkembangnya suatu daerah karena sifatnya yang memiliki efek lanjutan yang panjang terhadap ekonomi masyarakat sekitar.
Salah satu program yang ingin dikembangkan di era digital yang juga lekat dengan generasi melek teknologi ini, adalah inovasi serta kerja sama di bidang pariwisata dengan sejumlah perusahaan teknologi seperti startup.
Ketua Umum APKASI Abdullah Azwar Anas menyatakan penggunaan platform online dalam mempromosikan homestay. “Homestay yang terintegrasi dengan platform online juga sebaiknya dikembangkan seperti yang kami lakukan di Banyuwangi," katanya.
Ia mengatakan, saat ini sudah ada sekitar 400 homestay yang telah terdaftar online. Fasilitas pariwisata berupa rumah tinggal pribadi milik masyarakat, yang memiliki kamar kosong didalamnya sedang menjadi trand.
Saat ini, pengembangan homestay berbasis masyarakat, sudah mulai bermunculan, salah satunya di Desa Borobudur bahkan desa-desa lain di sekitar Candi Borobudur.
Berkembangnya homestay menjadikan destinasi Borobudur semakin memiliki daya tarik baru antara budaya yang dibawa wisatawan dan budaya dari homestay yang merupakan budaya asli penduduk setempat sehingga menambah variasi informasi dan pengalaman.
Ketua Tim Percepatan Pengembangan Homestay Desa Wisata Anneke Prasyanti, menegaskan untuk mengikat wisatawan, homestay masyarakat harus punya ciri khas daerah.
“Suku bangsa di Indonesia ada 1.340 seharusnya kita punya akar yang kuat di tiap provinsi. Harapan saya, akan ada perda-perda baru agar Izin Mendirikan Bangunan (IMB) tidak keluar kalau tidak ada kearifan lokal di bidang arsitektur atau desain bangunan penginapan,” ujarnya.
