Upacara Yadnya Kasada Suku Tengger Jadi Daya Tarik Wisatawan

- Senin, 22 Juli 2019 | 10:22 WIB
kemenpar.go.id
kemenpar.go.id

Upacara Yadnya Kasada yang merupakan wujud persembahan Suku Tengger terhadap Sang Hyang Widhi menjadi salah satu atraksi dan daya tarik wisata yang kuat untuk datang ke Bromo.

"Ini salah satu tradisi masyarakat Tengger yang saat ini menjadi agenda pariwisata yang cukup potensial mendatangkan wisatawan. Bahkan banyak turis asing yang ikut berkunjung ke Bromo,” kata Ketua Tim Pelaksana Calendar of Event 2019 Kementerian Pariwisata Esthy Reko Astuty.

Ritual Yadnya Kasada adalah sebuah upacara adat hindu suku Tengger yang diselenggarakan setiap tahun pada hari ke empat belas bulan kasada. Upacara yang selalu berlangsung pada saat bulan purnama ini sudah dilangsungkan sejak abad ke-14. Melalui upacara Yadnya Kasada ini warga setempat disibukkan dengan kegiatan adat untuk mempersiapkan peranti upacara.

-
kemenpar.go.id

Ritual kuno ini menjadi simbol rasa syukur sekaligus penggenapan janji masyarakat Tengger kepada sang Hyang Widhi dan nenek moyang mereka.

Cerita rakyat berkembang melatari terjadinya ritual tahunan ini. Alkisah, putri Majapahit bernama Dewi Rara Anteng menikah dengan Raden Jaka Seger. Perpaduan nama keduanya lah yang menjadi asal-usul nama Tengger.

Setelah bertahun-tahun menikah mereka tak juga dikaruniai anak. Sehingga keduanya melakukan pertapaan untuk memohon kepada Dewa agar diberi buah hati. Di tengah wirid mereka, ada bisikan baik yang menyampaikan keduanya akan mendapatkan anak. Syaratnya, anak bungsu mereka harus dikorbankan ke kawah Gunung Bromo.

-
kemenpar.go.id

Setelah menyanggupi syarat tersebut, keduanya dikaruniai 26 orang anak. Namun, mereka ingkar janji dan enggan memberikan anak bungsu mereka yang bernama Raden Kusuma. Dewa pun murka, langit seketika menjadi gelap dan Raden Kusuma tiba-tiba hilang ditelan Kawah Gunung Bromo.

Setelah tertelan ke dalam kawah, muncul suara gaib Raden Kusuma yang menyatakan dirinya telah dikorbankan untuk keselamatan warga Tengger. Anak bungsu itu juga mengingatkan agar selalu menyembah Sang Hyang Widhi dan mengadakan sesaji setiap hari ke-14 Bulan Kasada. Sejak itulah, Yadnya Kasada terus berlangsung.

Bagi masyarkat Jawa kuno yang masih memegang teguh prinsip ‘kejawen’, gunung merupakan sebuah area suci tempat bersemayamnya para dewa dan roh leluhur. Begitu pula dengan orang-orang dari suku Tengger yang secara silsilah garis keturunan masih kerabat dekat dengan orang Jawa.

-
kemenpar.go.id

Saat upacara Yadnya Kasada Bromo berlangsung, masyarakat Suku Tengger berkumpul dengan membawa hasil bumi, ternak peliharaan seperti ayam sebagai sesaji yang disimpan dalam tempat yang bernama ongkek. Setiba di bibir kawah bromo semua hasil bumi dan ternak di buang ke dalam kawah Bromo sebagai sesajian.

Editor: Administrator

Tags

Rekomendasi

Terkini

5 Rekomendasi Penginapan di Sumba Timur, NTT

Selasa, 23 April 2024 | 20:50 WIB

7 Tips Memilih Hotel untuk Liburan Bersama Keluarga

Minggu, 14 April 2024 | 13:10 WIB
X