Jangan Kaget! Ada Lampu Merah dan Zebra Cross di Setiap 50 Meter Jalanan Hat Yai, Kenapa?

- Jumat, 30 September 2022 | 14:02 WIB
Surga belanja di Hat Yai (Z Creators/Reja Dalimunthe)
Surga belanja di Hat Yai (Z Creators/Reja Dalimunthe)

Kota tua di seluruh dunia memang identik dengan kuliner murah, makanan dan minuman legend sampai bangunan gedung tua. Kota Hat Yai di Thailand Selatan sangat menyerupai bentuk area kota tua di dunia.

Uniknya lagi, Kota Hat Yai punya banyak traffic light atau lampu merah dan penyebrangan ter-slebew. Tim Z Creators, Reja Dalimunthe mengajak kamu nih untuk berkeliling kota berpenduduk cuma sebesar penduduk kecamatan di kota-kota besar di Indonesia, yakni sekitar 200 ribuan jiwa saja.

-
Salah satu garis penyebrangan di Hat Yai (Z Creators/Reja Dalimunthe)

Balik lagi ngobrolin slebew. Saking slebew-nya ini kota, kamu bisa menemukan lampu merah dan garis penyebrangan hampir di setiap 50 sampai 100 meter jalanan. Opini ini sudah menjadi fakta karena para pengunjung dalam travel vlog-nya merasakan hal yang sama. Bahkan banyak ulasan dari salah satu situs perjalanan dunia juga berkomentar soal lampu merah dan garis penyebrangannya yang banyak.

Apalagi pada 2020, ada studi dari Universitas Thaksin di Thailand menemukan salah satu permasalahan utama di Kota Hat Yai ini memang jumlah lampu merahnya yang excessive alias banyak banget.

“Kota ini tuh kayak kota dengan ribuan garis penyebrangan ala Citayam Fashion Week, bawaanya bikin pengen nyebrang and langsung catwalk’.” Ucap Reja.

Karena Kota Hat Yai yang merupakan kota terbesar di Thailand Selatan, maka lalu lintas di kota tua pun enggak cuma merajakan pejalan kaki. Mobil, angkutan umum Thailand (tuk-tuk), motor semuanya bebas berjalan di sini.

-
Salah satu sudut kota Hat Yai yang menghadap gunung (Z Creators/Reja Dalimunthe)

Tapi, di sisi lain, kamu bakal menjumpai banyak turis lokal maupun mancanegara setiap harinya.

“Ya kalau dipikir sih wajar ya, ini kotanya kan kota terbesar di Thailand Selatan, jadi banyak aktivitas ekonomi yang membutuhkan kendaraan lewat. Di sisi lain, turis pejalan kaki juga banyak, ya salah satu cara mengontrol kedamaian di jalan ya pakai lampu merah.” Analisa Reja.

Nah untuk kamu yang pengen merasakan nuansa kota tua dimana pejalan kaki adalah Raja, kamu bisa langsung pergi ke area ‘Hat Yai Walking Street’, ini jalanan sepanjang 500 meter yang ditutup khusus untuk pejalan kaki, terutama saat akhir pekan.

Di area ini, kamu bisa membeli banyak kuliner khas Thailand Selatan, lengkap dengan pedagang souvenirnya. Harganya juga semua under Rp50 ribu saja. Kalau tepat momennya, pemerintah biasanya mengadakan acara atau festival Kota Hat Yai di jalanan ini.

Penutupan jalan bahkan diperpanjang, di sini pengunjung bisa melihat penampilan band indie Kota Hat Yai hingga penampilan artis lokal lainnya.

“Pengunjung pasti senang dan tenang di jalanan ini, pengamanan polisi ada di setiap ujung jalan, belum lagi ada bangku-bangku untuk para pengunjung bersantai duduk dan menikmati musik lokal.” Tegas Nattapolchantraporn yang merupakan penduduk lokal.

Kota ini semakin terlihat tua mengingat bangunan rumah yang terbuat dari kayu meskipun banyak juga rumah yang bertembok beton bergaya semi-portugis. Entah inspirasi dari mana, mengingat Thailand bukan negeri yang terjajah.

-
Hat Yai walking street, banyak penjual makanan dan souvenir (Z Creators/Reja Dalimunthe)

Namun dahulu pada abad ke-16, Portugis memang sering mengadakan misi diplomatik ke Siam atau disebut ‘Thailand’ sekarang. Kini, Thailand memang terkenal sebagai negara dengan mayoritas penganut Budha, namun ternyata kota Hat Yai punya gaya yang berbeda.

Halaman:

Editor: Administrator

Tags

Rekomendasi

Terkini

5 Rekomendasi Penginapan di Sumba Timur, NTT

Selasa, 23 April 2024 | 20:50 WIB

7 Tips Memilih Hotel untuk Liburan Bersama Keluarga

Minggu, 14 April 2024 | 13:10 WIB
X