Tas turis Australia yang pulang liburan dari diperiksa ekstra di bandara. Hal ini dilakukan untuk mencegah penyebaran penyakit mulut dan kuku (PMK) masuk ke negara kangguru.
Instruksi itu sendiri datang dari Menteri Pertanian New South Wales (NSW) Dugald Saunders. Dia khawatir turis membawa penyakit PMK ke Australia tidak hanya melalui baju dan alas kaki, tetapi juga tas.
Baca juga: Usai Turis Wajib Buang Sepatu, Australia Kini Didesak Tutup Penerbangan dari Bali, Kenapa?
Permintaan itu menjadi langkah lanjutan dari penerapan biosekuriti baru di bandara-bandara di Australia. Di mana sebelumnya para turis juga wajib meninggalkan sepatu mereka usai pulang liburan dari Bali.
Saat ini aturan ditambah sehingg penumpang harus melewati keset sanitasi yang diisi dengan asam sitrat. Turis Australia yang baru pulang dari Indonesia juga diminta untuk tidak mengunjungi kebun binatang di negeri kanguru itu.
Saunders mengatakan tindakan ekstra diperlukan di tingkat nasional. Termasuk, pemeriksaan semua tas yang datang dari daerah hot spot termasuk Bali.
"Kami harus segera menggelar sisa tikar di bandara Indonesia dan Australia," ucap Saunders, seperti yang dikutip ABC, Jumat (28/7/2022).
Dia menegaskan tas-tas itu bisa membawa virus penyebab PMK.
"Tas-tas yang baru masuk dari area hot spot seperti Bali, jika Anda pergi ke Bali, harus diperiksa kembali," sambungnya.
Saunders menambahkan, dia telah mendiskusikan permintaannya itu dengan pemerintah federal tentang masalah ini beberapa kali.
"Saya pikir itu cara paling sederhana dan terbaik untuk memastikan kami memiliki peluang terbaik untuk mencegahnya dan membuat orang sadar betapa pentingnya hal ini," katanya.
"Tanpa itu, kami mendengar cerita setiap hari tentang orang-orang yang melewati bea cukai dan tidak memeriksa tas. Itu tidak cukup baik," bebernya pula.
Artikel Menarik Lainnya
- Bule Penghina Polisi Bali Ternyata Ratu Kecantikan, Sudah Minta Maaf Tetap Banjir Hujatan
- Gak Kapok! Lagi-Lagi Bule di Bali Berulah, Kali Ini Ngatain Polisi Korup
- UAS Kena 'Not To Land Notice' hingga Tak Bisa Kunjungi Singapura, Sama dengan Deportasi?
