Tradisi Ngerebeg, Ritual Tolak Bala di Tegallalang Bali

- Kamis, 29 Agustus 2019 | 14:42 WIB
ANTARA FOTO/Nyoman Hendra Wibowo
ANTARA FOTO/Nyoman Hendra Wibowo

Tradisi Ngerebeg adalah rangkaian upacara persembahyangan di Pura Duur Bingin Desa Tegallalang yang digelar setiap enam bulan sekali berdasarkan penanggalan Bali. Tujuannya, untuk memohon keselamatan dan ritual tolak bala. Ritual ini selalu dilaksanakan saat rahina Pegat Uwakan pada Buda Kliwon Pahang.

Saat prosesi Ngerebeg digelar, seluruh krama dari 7 banjar adat di Desa Tegallalang ikut terlibat. Ketujuh banjar itu yakni Banjar Gagah, Banjar Pejeng Aji, Banjar Tegallalang, Banjar Tegal, Banjar Tengah, Banjar Penusuan, dan Banjar Tri Wangsa.

-
ANTARA FOTO/Nyoman Hendra Wibowo

Ritual adat yang sampai saat ini masih dilestarikan hanya melibatkan anak laki-laki saja, dari anak-anak hingga dewasa. Mereka akan merias wajah dan seluruh tubuh dengan cat warna-warni dengan berbagai pernak-pernik yang menyeramkan. Anak laki-laki biasanya membawa berbagai hiasan seperti pelepah burung (janur), pelepah daun jaka (aren), lelontek, kober (bendera suci), dan penjor yang terbuat dari batang pohon salak.

Wajah-wajah seram para peserta tradisi Ngerebeg merupakan simbol atau wujud dari wong samar (makhluk halus) yang konon menurut cerita masyakarat setempat, mereka suka mengganggu anak-anak. Setelah itu, mereka akan berjalan kaki keliling desa sepanjang 10 kilometer dan tentunya menjadi pusat perhatian masyarakat Bali hingga wisatawan yang sedang berkunjung di kawasan Tegallalang.

-
ANTARA FOTO/Nyoman Hendra Wibowo

Tradisi Ngerebeg juga bertujuan untuk memberikan tempat bagi wong samar dan memberikan persembahan agar bisa hidup berdampingan dengan manusia, tidak saling mengganggu dan menjaga desa Tegallalang. Meski terlihat unik dan santai, sejatinya tradisi ini dilakukan dengan sakral.

Ngerebeg dimulai dengan Pacaruan di Pura Duur Bingin. Kemudian dilanjutkan dengan menghaturkan 'paica alit' yaitu krama nunas ajengon (permohonan makanan) berupa nasi berisi lawar yang dimakan bersama-sama di halaman pura tersebut.

Di tengah prosesi, kalangan krama dewasa memberikan sesaji di setiap pura dan setra (kuburan). Setelah itu, para peserta Ngerebeg kembali ke Pura Duur Bingin. Di sana mereka melakukan proses penglukatan atau menghilangkan cat yang melumuri tubuh. Terakhir sebagai penutup ritual Ngerebeg, akan ada upacara puncak dari pujawali di Pura Duur Bingin pada keesokan harinya. Agenda terakhir ini disebut melasti (upacara pensucian diri) oleh masyarakat Bali.

-
ANTARA FOTO/Fikri Yusuf

Editor: Administrator

Rekomendasi

Terkini

15 Negara Terkecil di Dunia yang Layak Dijelajahi

Kamis, 28 Maret 2024 | 06:20 WIB
X