Salah satu toko buku paling ikonik di Paris, Shakespeare and Company tengah mengalami masa-masa sulit.
Pandemi Covid-19 telah menempatkan toko buku itu di ambang krisis dan kini mulai meminta bantuan publik.
Shakespeare and Company adalah toko buku paling terkenal di dunia, tetapi selama pandemi penjualannya turun 80 persen sejak Maret.
Toko buku di Paris itu pun mengirim email kepada pelanggannya yang dibagikan melalui media sosial Twitter, pada 28 Oktober lalu.
Hard Times...
We've just sent our latest newsletter in which we ask for your support if you have the means and interest.
Read it here: https://t.co/alKvFkPLHC pic.twitter.com/a7Q13U8KGu— Shakespeare&Company (@Shakespeare_Co) October 28, 2020
“Seperti banyak bisnis independen lainnya, kami sedang berjuang, mencoba melihat jalan ke depan selama waktu ini ketika kami beroperasi dalam keadaan rugi, terutama berterima kasih atas pesanan situs web baru dari mereka Anda dengan sarana dan minat untuk melakukannya,” bunyi isi email dilansir dari Times of India.
Namun kabar baiknya adalah Shakespeare and Company mengklaim bahwa mereka belum menutup toko.
Menariknya, saat ini lokasi toko tersebut merupakan yang kedua, seperti yang pertama kali dibuka pada tahun 1919 oleh Sylvia Beach.
Toko itu tutup pada 1941 ketika Jerman menduduki Paris, dan sayangnya tidak pernah dibuka kembali.
Hingga akhirnya toko kedua dibuka pada tahun 1951 oleh George Whitman.
Awalnya dikenal sebagai Le Mistral, tetapi kemudian mengambil nama Shakespeare and Company.
Toko buku di bawah Beach menjadi terkenal karena fakta bahwa penulis seperti James Joyce, Ford Madox Ford, Ernest Hemingway, Djuna Barnes, dan Ezra Pound dulu berkumpul di sini ketika mereka hanya calon penulis.