Setiap negara memiliki tradisi tersendiri dalam menyambut datangnya bulan suci Ramadan. Misalnya di Lebanon, negara itu melakukan tradisi menembakan meriam sebagai tanda datangnya bulan yang penuh berkah itu.
Tradisi itu disebut sebagai Midfa al Iftar, yakni tembakan meriam yang akan dibunyikan untuk menandai waktunya berbuka puasa. Tradisi tersebut telah dimulai dari Mesir sejak 200 tahun yang lalu.
Mengutip Al-Arabiya, seorang profesor Sejarah Arab Modern di Institute of Diplomatic Studies, Dr Mohamad Quedi mengatakan bahwa tembakan meriam digunakan untuk menunjukkan waktunya berbuka puasa karena pada zaman dulu tidak ada rumah yang memiliki jam, serta tidak adanya teknologi pengeras suara.
Dulunya, meriam akan ditembakan dari atas tempat tinggi atau bukit. Namun kini, tembakan meriam bisa dilakukan dari mana saja seperti di tengah kota.
"Waktu itu belum banyak penduduk, sehingga suaranya bisa menggema dan sampai pada mereka melalui pegunungan. Suara dari meriam akan mencapai seluruh kota (di Mekkah)," kata Ouedi.
Berawal dari Mekkah, tradisi ini kemudian dilanjutkan di Mesir ketika negara itu berada di bawah Kesultanan Ottoman yang dipimpin Khosh Qadam. Sang sultan tidak sengaja mencoba meriam baru tepat ketika matahari tengah terbenam. Sejak saat itu, masyarakat mengira bahwa suara tersebut sebagai tanda waktunya berbuka puasa.
Tradisi menembakan meriam kemudian menyebar ke berbagai negara Arab, salah satunya Lebanon. Tembakan meriam tetap digunakan sebagai penanda waktunya berbuka puasa.
Pada tahun 1983, tradisi ini sempat hilang setelah terjadinya penyerangan yang mengakibatkan hilangnya beberapa meriam yang dianggap sebagai senjata. Namun kini, tentara Lebanon kembali melanjutkan tradisi menembakan meriam saat Ramadan tiba.
