Begini Strategi Industri Hotel Hadapi Pandemi di Tanah Air

- Sabtu, 31 Oktober 2020 | 16:52 WIB
Ilustrasi kamar hotel. (Pexels/Pixabay)
Ilustrasi kamar hotel. (Pexels/Pixabay)

Pandemi yang berlangsung di Indonesia masih belum mereda. Hal ini tidak dimungkiri menyebabkan krisis ekonomi pada berbagai sektor, salah satunya industri perhotelan.

Menurut salah satu master hotel di Indonesia, Dicky Sumarsono, di masa pandemi, industri perhotelah telah melalui tiga fase. Ketiga fase tersebut yakni fase pertama sebelum Covid-19 masuk ke Indonesia, yaitu bulan Januari hingga Februari di saat hotel melakukan pelayanan normal.

"Fase kedua ketika Covid-19 mulai melanda Indonesia, Maret sampai Juni 2020 di mana semua hotel melakukan strategy surviving dan marketing strategy secara maksimal," kata Dicky dalam keterangannya, Sabtu (31/10/2020).

Kemudian fase ketiga yang dimaksud Dicky adalah di bulan Agustus dan September, ketika semua hotel berlomba mengoptimalkan momentum dengan membuat paket-paket yang atraktif seperti staycation, safecation, hingga paket pernikahan dengan penerapan protokol kesehatan yang ketat.

"Di fase ketiga inilah muncul talenta-talenta baru dan ide-ide kreatif yang tidak terpikirkan sebelumnya. Karena momentum akan hilang jika tidak dimanfaatkan secara maksimal. Dan fase ini penting untuk menuju fase keempat, yaitu fase persiapan ke periode Oktober-Desember 2020," jelas Dicky.

Pada fase keempat, CEO Azana Hotels & Resorts Management ini mengatakan industri hotel di fase ini tetap menyeimbangkan bisnis hotel untuk tetap berjalan dan tumbuh dengan melakukan penyesuaian di target market, struktur biaya, struktur organisasi serta bisnis model.

"Walaupun belum sepenuhnya pulih 100% tetapi paling tidak sudah mencapai 90% atau fase kelima di mana pada fase ini hotel akan win back tatanan bisnis seperti sebelum Covid-19, yaitu bisnis kembali normal," ujarnya.

Ia juga optimis bisnis hotel mulai bangkit di tahun depan jika melihat data pertumbuhan ekonomi yang sesuai dengan APBN 2021 sebesar 5% dan inflasi 3%. Perubahan strategi juga perlu dilakukan dengan melihat karakter, local insight, dan demand.

"Intuisi bisnis juga sangat penting untuk kondisi saat ini namun tetap harus rasional, visi bisa berubah setiap bulan bahkan setiap minggu, yang juga diperlukan dalam membuat planning bukan berupa planning jangka panjang namun untuk jangka pendek. Ambil kesempatan secara cepat dan berani berspekulasi untuk jangka pendek," pungkas Dicky.

 

Artikel Menarik Lainnya:

Editor: Edi Hidayat

Tags

Rekomendasi

Terkini

5 Rekomendasi Penginapan di Sumba Timur, NTT

Selasa, 23 April 2024 | 20:50 WIB

7 Tips Memilih Hotel untuk Liburan Bersama Keluarga

Minggu, 14 April 2024 | 13:10 WIB
X