Dijuluki 'Provinsi Kecil' Italia, Warga Desa Terpencil Ini Bahkan Tak Berbahasa Italia

- Kamis, 3 Februari 2022 | 21:03 WIB
Desa Sancto Lucio de Coumboscuro, Italia. (Foto/CNN)
Desa Sancto Lucio de Coumboscuro, Italia. (Foto/CNN)

Dijuluki 'Provinsi Kecil' Italia, desa Sancto Lucio de Coumboscuro merupakan desa terpencil dalam hampir semua hal.

Terletak di dekat perbatasan antara wilayah Piedmont di Italia dan Prancis, pengunjung harus terbang ke Turin, naik kereta api, lalu bus, atau berkendara ke selatan dari Provence untuk mencapainya.

Mereka yang melakukan perjalanan ke sini akan maklum jika bertanya-tanya apakah mereka berada di negara yang tepat, terutama ketika penduduk setempat mengucapkan selamat tinggal kepada mereka dengan "arveire" yang tidak dikenal daripada "arrivederci."

Bahasa resmi Coumboscuro adalah Provençal, dialek neo-Latin abad pertengahan kuno dari Occitan, bahasa yang digunakan di seluruh wilayah Occitania di Prancis.

-
Warga desa Coumboscuro lakukan pekerjaan peternak. (Foto/CNN)

 

Hanya sekitar 30 atau lebih orang yang tinggal di desa ini, dan kehidupan mereka jauh dari kata mudah bagi penduduk setempat.

Desa Coumboscuro sebagian besar terdiri dari keluarga penggembala, yang sering menemukan ternak mereka diserang dari serigala yang berkeliaran di desa.

Listrik sering padam selama berminggu-minggu selama musim dingin, sementara koneksi internet di sini sangat minim.

-
Peta wilayah Desa Coumboscuro terletak antara Italia dan Prancis. (Foto/CNN)

 

Tapi suasana desa cukup tenang, padang rumput pegunungan dan ladang lavender ungu yang cerah sangat ideal bagi pengunjung yang mencari tempat peristirahatan jauh dari hiruk pikuk suasana perkotaan.

Di sini kita juga akan disuguhkan suasana pemandangan menakjubkan dari puncak Gunung Alpen, yang membentang ke Cote dAzur.

Berada di desa ini lupakan bar, supermarket, dan restoran, keramaian sosial. Namun seni pertunjukan cerita rakyat sesekali diadakan di desa ini atau kegiatan ketika pelancong harian memulai perburuan jamur akhir pekan sendirian.

Penduduk setempat menganut gaya hidup sederhana dan serba lambat yang selaras dengan alam.

"Kami tidak punya TV. Anda tidak benar-benar merindukan apa yang tidak pernah Anda miliki sejak awal. Ketika ada pemadaman listrik selama 15 hari berturut-turut, tidak ada alasan untuk panik: kami mencari lampu minyak tua di rumah kakek-nenek kami," kata seorang gembala lokal Agnes Garrone, 25, seperti yang dilansir CNN.

Halaman:

Editor: Administrator

Tags

Rekomendasi

Terkini

7 Tips Memilih Hotel untuk Liburan Bersama Keluarga

Minggu, 14 April 2024 | 13:10 WIB
X