Bajaj telah menjadi salah satu bagian sejarah transportasi warga Jakarta. Tapi belakangan ini, keberadaan bajaj mulai tergusur dengan transportasi lain misal ojek online.
Imbasnya banyak bajaj terbengkalai karena pemiliknya mulai mengabaikan lantaran penggunanya berkurang. Di Jalan Makmur, Duri Pulo, Jakarta Pusat, banyak bajaj yang terbengkalai.
Kawasan ini bahkan dianggap sebagai kuburan bajaj lantaran ditinggal pemiliknya. Sisi kanan dan kiri jalan dipenuhi dengan bajaj yang berderet. Hampir seluruh bagian bajaj berkarat, pecah, dan bolong.
Ada pula bajaj yang sampai ditumbuhi rumput dan tanaman liar. Sang Supir meninggalkan bajaj yang dikendarainya karena sulit mencari penumpang untuk mengejar setoran. Sedangkan pemilik mengabaikan bajajnya karena tidak ada setoran yang masuk dan kesulitan mencari onderdil.
"Banyak yang masih bisa dipakai. Kalau ada supir baru pemilik bajaj baru akan vermak bajaj-bajaj ini," ujar Ruri salah satu pengemudi bajaj kepada Jafriyal, Tim IDZ Creators.
Moda transportasi umum beroda tiga berwarna oranye dan biru memang semakin terlindas roda teknologi dan pembangunan. Popularitas bajaj semakin hilang sejak tahun 2000-an meski sempat menjadi primadona transportasi warga Jakarta.
Bajaj hadir sejak tahun 1975. Bajaj merupakan produk impor asal India dan memiliki kecepatan hinnga 70 km/jam. Bajaj yang identik dengan warna oranye mulai digantikan di mobil kancil pertengahan tahun 2000. Kemudian bajaj berevolusi menjadi bajaj biru yang berbahan bakar gas hingga saat ini.
Meski terbengkalai bajaj-bajaj ini menarik beberapa orang untuk membeli untuk dijadikan hiasan interior ataupun hanya sekedar koleksi semata. Satu unit bajaj bisa dibanderol hingga Rp6 juta.
Bikin cerita serumu dan dapatkan berbagai reward menarik! Let’s join IDZ Creators dengan klik di sini.
