Ketika pergi ke kawasan Glodok, kamu enggak melulu belanja peralatan elektronik, lho. Tapi, kamu juga bisa mampir ke salah satu wilayah pecinan terbesar di Jakarta. Sebab, di sana kamu bisa mengenal berbagai sejarah pecinan di Jakarta.
Pada tahun 2020, dilakukan penataan ulang oleh Pemerintah DKI Jakarta dengan tujuan sebagai kawasan wisata sejarah pecinan. Oleh karenanya, Glodok menjadi salah satu destinasi yang paling diminati oleh wisatawan lokal.
Nah, untuk mengulik lebih dalam ada apa saja di kawasan Pecinan Glodok, Jakarta, Indozone diajak oleh Jakarta Good Guide untuk walking tour.
"Sebagai perayaan Hari Ibu yang jatuh tanggal 22 Desember, Jakarta Good Guide mengajak masyarakat untuk mengikuti walking tour di Glodok. Glodok sendiri ini banyak destinasinya, jadi anak bisa mengajak ibunya atau mau bawa pasangan juga bisa, jadi seru-seruan bareng," ucap Dynasti Ara, pramuwisata dari Jakarta Good Guide kepada Indozone, Kamis (22/12/2022).
Baca Juga: Petak Enam Glodok: Dulu Pusat Belanja Tertua, Sekarang Jadi Tempat Nongkrong Kekinian
Jakarta Good Guide sebagai salah satu penyelenggara wisata jalan kaki, menyediakan banyak rute. Nah untuk rute Pecinan Glodok, ada beberapa tempat yang bisa dikunjungi seperti kelenteng, wisata kuliner, hingga mengenal budaya Tionghoa.
Kali ini, rute Pecinan Glodok yang diikuti Indozone dan dibuka Jakarta Good Guide, diawali dari Gerbang Pecinan Glodok. Dalam wisata jalan kaki ini, Jakarta Tour Guide mengajak peserta mengunjungi beberapa area di Pasar Glodok.
Salah satu toko yang mencuri perhatian adalah Toko Sukaria. Di sana, kamu bisa menemukan berbagai perlengkapan budaya Tionghoa, mulai dari perlengkapan pernikahan hingga pemakaman.
"Biasanya barang-barang yang dijual di sini, digunakan untuk upacara Cheng Beng, keluarga mengirimkan barang-barang yang terbuat dari kertas dengan bentuk seperti kursi pijat, emas, pakaian, kartu kredit, uang, dan lain-lain. Nantinya saat upacara, kertas tersebut akan dibakar, dipercaya barang-barang tersebut akan sampai di alam sana," ujar Ara menjelaskan.
Setelah puas melihat-lihat barang-barang di sana, Indozone juga diajak menuju kelenteng tertua di Jakarta, yakni Vihara Dharma Bakti. Vihara ini, telah berdiri sejak 1650, dan menjadi saksi bisu serta korban peristiwa Geger Pecinan tahun 1740.
Baca Juga: Ternyata Asal-usul "Glodok" Berawal dari Suara Kucuran Air, Begini Bunyinya!
Hingga kini, vihara tersebut masih digunakan untuk beribadah. Namun, posisi altar dan tempat berdoa di Vihara Dharma Bakti, dipindahkan lokasi ke sebelah Vihara Dharma Sakti karena kebakaran pada tahun 2015 lalu.
"Kalau ada nama 'Vihara Dharma' itu biasanya dua agama tapi satu kepercayaan. Di Vihara Dharma Sakti sendiri ulang tahunnya tiga kali dalam setahun. Kalau Vihara ulang tahun itu biasanya bagi-bagi makanan, tapi kalau Klenteng yang ulang tahun itu biasanya bagi-bagi sembako," tutur Ara.
Selain Dharma Sakti, rute Pecinan Glodok juga mengunjungi salah satu vihara tertua lainnya, yaitu Vihara Toa Sebio. Vihara ini juga menjadi korban kekejaman peristiwa yang sama dan dibangun kembali pada tahun 1751.