Bangunan berbentuk persegi empat berwarna putih ini berdiri ditengah-tengah Jl. KH. Ali Maksum, Krapyak Kulon, Panggungharjo, Sewon, Bantul, Yogyakarta.
Nama tempat ini adalah Panggung Krapyak, memiliki tinggi sekitar 10 meter dan bentuknya mirip kastil. Jaraknya sekitar 3 Km di selatan Keraton.
“Zaman dulu sekali, sebelum jadi rumah-rumah seperti sekarang, daerah ini adalah hutan, banyak hewan menjangan disini. Sultan dulu suka memanah dari atas sana. “ ungkap Pak Ir (72) warga asli setempat ketika ditanya tentang Panggung Krapyak kepada Zcreators Indozone, Minggu (19/3/2023).
Bangunan ini menjadi salah satu bagian sumbu garis imajiner (garis khayal) di Yogyakarta yang penuh filosofi.
Baca juga: Hotplate Corner Jakal, Santapan dengan Sajian Hotplate di Yogyakarta tapi Serasa Bali
Di mulai dari Gunung Merapi, Tugu, Keraton, Panggung Krapyak dan terakhir bersumbu di Pantai Selatan Parangtritis.
Jika ditarik satu garis dari tempat-tempat tersebut, maka akan terbentuk satu garis lurus. Panggung Krapyak merupakan bangunan Cagar Budaya, dan tengah didaftarkan sebagai Warisan Budaya Dunia Tak Benda kepada UNESCO.
Baca juga: Bakpia Kurma, Inovasi Baru Bakpia Juwara Satoe Sambut Ramadan
Panggung Krapyak dibangun sekitar tahun 1760 oleh Sri Sultan Hamengkubuwana I. Dahulunya merupakan tempat berburu Raja Kesultanan Yogya. Para Raja Kesultanan Mataram pun gemar berburu disini.
Konon, Dibangun ditengah - tengah hutan Krapyak sehingga para raja dapat leluasa berburu hewan-hewan liar, khususnya hewan rusa (dalam bahasa Jawa disebut menjangan) dengan memantau dari ketinggian.
Warga Jogja juga lebih sering menyebut tempat ini sebagai Kandang Menjangan.
Meskipun tidak diperkenankan masuk, kita dapat melihat bagian dalam dari Panggung Krapyak dari jendela dan pintunya, karena memang bagian itu hanya berupa lubang dan diberi teralis.