Suara kentongan atau kulkul di Puri Agung Klungkung, Bali terdengar keras. Netizen pun sempat dihebohkan dengan kabar ini, lantaran bunyi kulkul sempat viral di media sosial.
Lantas, adakah makna tersirat jika kulkul atau kentongan yang sakral ini dibunyikan? Dikutip dari berbagai sumber, kulkul sebenarnya merupakan alat komunkasi tradisional yang hingga kini masih digunakan masyarakat Bali.
Kulkul merupakan benda sakral, sehingga ditempatkan di sebuah area khusus yang menjulang, agar ketika dibunyikan suaranya bisa menggema ke seluruh penjuru mata angin.
Alat musik tradisional yang terbuat dari kayu ini berfungsi sebagai penanda, pemberi pesan hingga pemanggil. Sebenarnya alat ini terbagi menjadi 2, yakni kulkul yang ada di pura dibunyikan ketika ada kegiatan upacara di pura.
Sedangkan kulkul yang ada di puri (istana), berfungsi sebagai kegiatan kemasyarakatan. Kulkul di puri juga dibunyikan pada zaman dahulu sebagai tanda bahaya.
Lebih lanjut, terkait kulkul yang berbunyi di Puri Agung Klungkungan tersebut rupanya bermakna sebagai tanda agar warga lebih waspada akan pandemi Covid-19 yang tengah dialami Indonesia.
"Bunyi kulkul memberikan tanda kepada masyarakat khususnya umat Hindu agar waspada terhadap situasi dan kondisi zaman sekarang yang sedang dilanda Covid-19," kata Prof. Dr. Drs. I Gusti Ngurah Sudiana, M.Si, Ketua Parisadha Hindu Dharma Indonesia (PHDI) dalam keterangannya.
Bertepatan juga dengan hari pengrupukan, Selasa (24/3) sekitar pukul 20.20 Wita, kulkul di Puri Agung Klungkungan berbunyi. I Gusti Ngurah Sudiana mengimbau agar masyarakat lebih meningkatkan sradha dan bhaktinya kepada lelulur agar wabah Covid-19 cepat berakhir.
