Mistis Dua Beringin di Alun-Alun Keraton Yogyakarta, Kamu Berhasil Lewat di Tengahnya?

- Senin, 28 Februari 2022 | 13:04 WIB
Seorang wisatawan berjalan melenceng saat mencoba berjalan di tengah dua beringin yang ada di alun-alun tersebut. (Indozone/Abul Muamar)
Seorang wisatawan berjalan melenceng saat mencoba berjalan di tengah dua beringin yang ada di alun-alun tersebut. (Indozone/Abul Muamar)

Dari sekian banyak objek wisata menarik di Yogyakarta, dua beringin di tengah Alun-Alun Kidul Keraton Yogyakarta bisa dibilang salah satunya yang paling banyak dikunjungi.

Selain cocok untuk tempat santai sambil menyantap jajanan, alun-alun tersebut memiliki daya tarik oleh keberadaan dua pohon beringin di tengahnya.

Yang bikin orang kepingin datang dan selalu penasaran, adalah karena ada mitos terkait dua pohon beringin itu. Banyak orang percaya bahwa siapa yang berhasil lolos berjalan di tengah pohon beringin itu, akan memperoleh keberuntungan atau kebaikan dalam hidup.

Dua pohon beringin tersebut dinamakan Supit Urang. Selain kedua pohon beringin di tengah, terdapat sepasang beringin lain yang mengapit jalan menuju Plengkung Nirbaya (Plengkung Gadhing). Sepasang beringin ini disebut Kiai Wok. Ada satu lagi pohon beringin di area Alun-Alun Selatan, tumbuh di depan kandang gajah.

Dikutip dari situs kratonjogja.id, masyarakat Jawa memandang pohon beringin sebagai pohon hayat. Pohon yang memberikan hayat atau kehidupan pada manusia, juga memberikan pengayoman dan perlindungan. Pohon yang besar dan rimbun seperti pohon beringin juga dianggap menimbulkan rasa gentar dan hormat.

Penghormatan terhadap beringin sudah ada sejak masa Mataram Islam, kerajaan yang menjadi cikal bakal Kesultanan Yogyakarta. 

Pohon beringin termasuk dalam barang yang diangkut pada proses perpindahan keraton Mataram dari Kartasura menuju Surakarta. 

Rombongan pengangkut yang membawa empat buah pohon beringin pusaka berjalan di depan, diikuti oleh rombongan pengangkut lainnya. Keempat pohon ini kemudian ditanam kembali di ibukota yang baru.

Bahkan pada masyarakat Jawa masa lalu, dikenal frasa "neres ringin kurung". Frasa yang secara harfiah berarti "menguliti kulit pohon beringin kurung" tersebut dimaknai sebagai "memberontak terhadap kekuasaan raja". Pandangan seperti ini tidak dapat dilepaskan dari bentuk dan sifat pohon beringin. 

-
 Sejumlah wisatawan mencoba berjalan di tengah dua beringin yang ada di alun-alun tersebut. (Instagram @yogyakartacity)

Pohon beringin memiliki sifat-sifat yang dihubungkan dengan kebesaran Keraton Yogyakarta. Ukurannya besar, tumbuh disegala musim, berumur panjang, dan akar-akarnya dalam dan kuat mencengkram tanah, memiliki kemampuan mengikat air dengan baik. Daun-daunnya kecil rimbun memberi keteduhan dan pasokan oksigen dalam jumlah besar, memberi rasa aman bagi yang berteduh di bawahnya.

Beringin di Alun-Alun Utara

Di tengah Alun-Alun Utara, ditanam sepasang pohon beringin. Karena diberi pagar berbentuk persegi, keduanya juga disebut sebagai ringin kurung yang berarti beringin yang dikurung. 

Keberadaan sepasang ringin kurung ini tepat di tengah alun-alun dan mengapit sumbu filosofi, yakni garis imajiner yang membujur antara utara dan selatan, menjadi poros bagi tata ruang Keraton Yogyakarta. 

Beringin yang di sisi barat dikenal sebagai Kiai Dewadaru, sedang yang di sisi timur dikenal sebagai Kiai Janadaru.

Sebagai pusaka keraton, keduanya turut menjalani upacara Jamasan tiap bulan Sura. Jamasan adalah upacara di keraton untuk membersihkan dan merawat benda-benda pusaka. 

Halaman:

Editor: Administrator

Tags

Rekomendasi

Terkini

5 Rekomendasi Penginapan di Sumba Timur, NTT

Selasa, 23 April 2024 | 20:50 WIB

7 Tips Memilih Hotel untuk Liburan Bersama Keluarga

Minggu, 14 April 2024 | 13:10 WIB
X