Mengisi bahan bakar pesawat di udara termasuk operasi standar yang menantang dan biasa dilakukan dalam kondisi darurat. Daripada transit di bandara aksi mengisi bahan bakar di udara lebih dipilih.
Di masa awal penerbangan, pilot perintis sudah menjajal mengisi bahan bakar di udara. Caranya, pesawat baling-baling akan saling berdekatan, pesawat di atas akan mengisi pesawat di bawahnya menggunakan selang.
Selang akan ditangkap penumpang di kokpit yang terbuka lalu disambungkan ke tangki BBM. Gaya gravitasilah yang membantu pengisian BBM pesawat di udara ini.
Pada tahun 1930-an, Alan Cobham pelopor penerbangan Inggris mengembangkan solusi pengisian BBM pesawat di udara menjadi lebih praktis. Dia menggunakan sistem looped hose, eksperimen awal yang menambahkan mekanisme grapple atau alat penangkap untuk membantu mengamankan koneksi ke pesawat penerima.
Teknik looped hose masih terbatas karena selang melingkar ini harus dioperasikan di kecepatan yang terbilang lambat. Lalu, Flight Refueling Ltd. mengembangkan probe praktis pertama dan sistem drogue.
FRL melanjutkan pengembangan probe dan drogue. USAF menggunakan sistem probe dan drogue pada beberapa jet tempur taktis awalnya. Akhirnya, kini flying boom jadi standar pada operasi pengisian BBM untuk semua pesawat.
Namun angkatan udara di dunia mempunyai campuran dua sistem pengisian bahan bakar pesawat di udara. Jika militer menerbangkan pesawat tempur F-15 Eagle atau C-17, maka pengisian BBM di udara menggunakan flying boom, lalu ada pula yang menggunakan sistem probe dan drogue.
