Para penggemar novel bertema detektif dan misteri pasti udah akrab dengan karya-karya Agatha Christie. Penulis asal Inggris ini menghasilkan 66 novel dan 14 kumpulan cerita pendek. Salah satu yang terkenal ‘Murder on the Orient Express’, ia tulis tahun 1934 saat menginap di Hotel Pera Palace, Istanbul.
Agatha Christie merupakan tamu setia Pera Palace. Ia tinggal di kamar 411 setiap kali datang ke Istanbul.
Pada 14 Desember 1926, Agatha Christie menghilang. Ia ditemukan 11 hari kemudian di sebuah hotel di Yorkshire, Inggris, dengan kondisi amnesia. Agatha Christie enggak bisa mengingat kejadian itu selama sisa hidupnya.
Setengah abad setelah kematiannya, seorang peramal mencoba berkomunikasi dengan arwah sang penulis di kamar 411, Hotel Pera Palace. Sang peramal mencoba mengulik cerita langsung dari arwah Agatha Christie, perihal kejadian 11 hari yang menghebohkan dunia. Namun sampai sekarang, tetap jadi misteri.
Pera Palace merupakan hotel pertama di Turki yang memiliki standar Eropa. Hotel diresmikan pada 1895, untuk melayani penumpang Orient Express, kereta mewah yang berangkat dari Paris dan London, menuju Istanbul.
Sejumlah pemimpin dan tokoh penting dunia juga pernah bermalam di Hotel Pera Palace. Antara lain Raja Inggris Edward VIII, Ibu Negara Amerika Jacquelin Kennedy, presiden Yugoslavia Marshal Tito dan Presiden Turki, Mustafa Kemal Ataturk. Kamar 101 yang selalu ditempati Ataturk, sekarang menjadi museum.
Hotel Pera Palace berlokasi di Beyoglu, Istanbul bagian Eropa. Distrik ini menjadi pusat budaya, seni, bisnis dan hiburan. Di era Bizantium, kawasan ini disebut ‘Pera’ oleh minoritas yang tinggal di sana. Pada 1925, Pera berubah menjadi Beyoglu.
Setiap sudut Beyoglu punya cerita, termasuk Cezayir Sokagi atau Jalan Aljazair. Kawasan seluas sembilan ribu meter persegi ini terkenal sebagai tempat hang out turis mancanegara, terutama malam hari. Deretan butik, kafe dan restoran yang instagenic, jadi daya tarik tersendiri.
Bangunan abad ke-18 mendominasi Jalan Aljazair. Meski telah dipugar, arsitektur aslinya tetap dipertahankan. Pemugaran melibatkan arsitektur asal kota Paris.
Abad ke-18, bangsa Prancis mulai bermukim di sini. Merekalah yang pertama kali mendirikan kafe dan teater. Tahun 2004, kawasan ini resmi berganti nama menjadi ‘Jalan Prancis’.
Selain nongkrong, kalian juga bisa mengikuti ragam kegiatan seni budaya di sini.
Bikin cerita serumu dan dapatkan berbagai reward menarik! Let’s join IDZ Creators dengan klik di sini.