Industri travel dalam lingkup internasionalnya sepertinya belum akan kembali normal setidaknya sampai tiga tahun mendatang. Semuanya disebabkan pandemi virus corona yang sampai saat ini masih belum ada vaksinnya.
Melansir dari New York Post, seorang pakar travel memprediksi hal tersebut melihat situasi yang terjadi saat ini. Kemajuan penanganan virus corona yang di luar harapan dan melambatnya pembukaan ekonomi dunia mempengaruhi hal tersebut.
Pemimpin asisiasi sekaligus CEO dari International Air Transport Association (IATA) Alexandre de Juniac mengatakan pemerintah perlu memikirkan pandemi virus corona yang mempengaruhi dunia travel.
Menurutnya, 69% dari traveler lebih memilih tinggal di rumah dibandingkan harus jadi penumpang pesawat terbang lalu harus di karantina 14 hari setelah sampai di bandara tujuan.
“Untuk melindungi industri penerbangan yang akan menjadi katalis pemulihan ekonomi, kita jangan sampai memperburuk pemikiran masyarakat dengan membuat traveling menjadi tidak praktis dengan kebijakan karantina seperti itu, ungkap Alexandre de Juniac kepada Lonely Planet seperti yang dilansir The New York Post.
Pemerintah harus mencari solusi untuk membuat traveling tetap aman di tengah tantangan pandemi dan kebijakan beberapa negara. Dunia travel nantinya akan bangkit lagi dan akan memulihkan ekonomi.
“Solusi itu harus memberi para calon penumpang (traveler) keyakinan untuk traveling dengan aman dan tanpa memberikan kerepotan yang nggak perlu, dan juga akan memberikan pemerintah keyakinan bahwa mereka para traveler sangat terlindungi tidak membawa virus (bersama mereka)," tambahnya.