Cerita Relawan yang Urusi Panti Asuhan Badak di Afrika Selatan Selama Pandemi

- Sabtu, 25 April 2020 | 11:38 WIB
Relawan mengurusi bayi badak di panti asuhan badak di Mookgopong, Limpopo, Afrika Selatan. (REUTERS/Siphiwe Sibeko)
Relawan mengurusi bayi badak di panti asuhan badak di Mookgopong, Limpopo, Afrika Selatan. (REUTERS/Siphiwe Sibeko)

Sejumlah relawan belum lama ini bercerita mengenai bagaimana mereka mengurusi sebuah panti asuhan badak di Limpopo, Afrika Selatan selama pandemi virus corona. Mereka sangat bersedih melihat badak-badak yatim piatu di sana.

-
(REUTERS/Siphiwe Sibeko)

Menjaga bayi badak yang tak punya orangtua adalah kerja keras: kau memberinya botol susu sepanjang waktu, menenangkan mereka saat ketakutan dan melewati malam panjang ketika mereka berteriak mencari induk yang mereka lihat mati ditembak pemburu liar.

"Bayi yang lebih tua lebih terpukul. Mereka memanggil-manggil induk selama hingga dua pekan," cerita Yolande van der Merwe, pendiri panti asuhan badak pertama di dunia.

"Mereka mulai menangis dan itu benar-benar membuat hatimu sedih," ungkap dia.

-
(REUTERS/Siphiwe Sibeko)

Dalam mengelola panti asuhan, Yolande mengandalkan para relawan yang datang dari luar negeri. Mereka menjadi sukarelawan dengan sistem rotasi selama tiga bulan.

"kami bisa membuat shift 72 jam dengan waktu tidur dua hingga tiga jam," kata dia.

Virus corona tiba-tiba menjadi pandemi. Ada tiga visa relawan yang harus ditangguhkan agar tidak memasuki Afrika Selatan. Kondisi itu membuat panti asuhan sangat kewalahan.

"Saya khawatir kami tak bisa mengatasinya," ungkap dia.

-
(REUTERS/Siphiwe Sibeko)

Mereka tak tinggal diam. Manajer dan pendiri panti asuhan, Arrie van Deventer kemudian mencari bantuan kepada orang-orang di Afrika Selatan melalui sambungan telepon serta menginformasikannya lewat media sosial.

"Kami kebanjiran sukarelawan," ucapnya.

Dari ratusan calon yang tertarik, ada dua orang sukarelawan dengan komitmen yang tinggi dipilih. Dua orang itu kemudian tinggal bersama empat staf panti asuhan lainnya ketika Afrika Selatan memberlakukan lockdown.

Seorang relawan baru adalah Deidre Rosenbahn. Dia merupakan seorang juru masak di Inggris, lalu pergi ke Australia, dan pulang Afrika Selatan di tengah pandemi corona.

"Saya kembali saat muncul virus corona. Sulit sekali mencari kerja, jadi saya langsung mengambil kesempatan ketika pekerjaan ini muncul," kata Rosenbahn sembari memberi susu Mapimpi, bayi badak termuda.

-
(REUTERS/Siphiwe Sibeko)

Diceritakannya, induk Mapimpi mati ditembak pemburu liar setelah 7 hari melahir Mapimpi. Bayi badak itu ditemukan dalam keadaan dehidrasi dan muram. Namun kini Mapimpi mendapat asupan makan yang cukup, bisa bermain-main, dan santai. Badak baru bisa dilepasliarkan ketika mereka telah menginjak usia lima tahun.

Halaman:

Editor: Administrator

Rekomendasi

Terkini

7 Tips Memilih Hotel untuk Liburan Bersama Keluarga

Minggu, 14 April 2024 | 13:10 WIB
X