Samsara Bali, Museum Berkonsep Kehidupan Manusia

- Senin, 14 Oktober 2019 | 15:59 WIB
Museum Kehidupan Samsara, Bali. (Instagram /@vokamo_com)
Museum Kehidupan Samsara, Bali. (Instagram /@vokamo_com)

Bali selalu memiliki destinasi yang unik dan menarik. Salah satunya Museum Kehidupan Samsara. Terletak di Desa Jungutan, Bebandem, Karangasem, museum ini mengangkat tema tentang siklus hidup manusia Bali. Museum ini sangat dekat dengan Gunung Agung yang Eksotis.

Konsep dari Museum Samsara ini sendiri adalah merekontruksi rangkaian siklus kelahiran manusia Bali. Dimana semua dibingkai dalam ritual, sarana upacara dan pemaknaan di balik simbol-simbol.

Co–Founder Museum Kehidupan Samsara Ida Bagus Agung Gunartawa mengatakan, konsep ini berawal dari keprihatinan modernisasi yang menggerus adat dan budaya Bali. 

"Apalagi kini jarang dipahami terutama oleh generasi muda," kata Ida bagus agung Gunartawa.

Di museum ini akan ada display dan juga simbolisasi mulai dari bayi dalam kandungan termasuk ngerujak, megedongan, nanem ari, mapag rare, kepus wedel, ngeles kekambuh, telu bulan, nem bulan/oton, semayut meketus dan menek kelih, metatah, ngaben, dampai atma wedana.

"Setidaknya ada 14 rentetan upacara Hindu yang disajikan dalam bentuk foto beserta penjelasan dari alat di dalam museum," ujarnya.

Selain itu, di museum ini juga diperlihatkan kegiatan aktivitas sehari masyarakat setempat. Dari mulai pembuatan sarana tetabuhan (arak, brem), meulat – ulatan, mejejahitan, melukis wayang, bahkan sampai kegiatan kesenian khas seperti mecakepung/genjek, ngoncang.

-
Museum Kehidupan Samsara, Bali. (Kemenpar)

Bahkan tanaman upacara juga ditanam di sekitar museum. Ada juga kuliner Bali yang dijual untuk wisatawan dengan harga yang murah meriah.

Juru bicara Museum Ida Ayu Chandramurtie menjelaskan, alasan fundamental pembentukan Living Museum ini agar ada diferensiasi dan menunjukkan posisi Karangasem sesuai branding 'Karangasem the Spirit of Bali'.

"Maka ada aktivitas masyarakat sehari-hari di sini. Jadi ada proses perlindungan dan sebagainya. Dengan semakin dipelihara dan dijaga maka akan semakin mahal harganya ke depan sembari melestarikannya," tegasnya.

Selain itu museum ini juga turut memberdayakan potensi lokal. Bahkan yang menjalankan semua alat hingga menjajakan makanan tradisional adalah warga sekitar.

"Kami ada 11 orang pegawai lokal. Dengan itu museum ini menjadi salah satu sarana yang mengangkat perekonomian masyarakat sekitar," sebutnya.

Artikel Menarik Lainnya:

Editor: Administrator

Rekomendasi

Terkini

7 Tips Memilih Hotel untuk Liburan Bersama Keluarga

Minggu, 14 April 2024 | 13:10 WIB
X