Revolusi desain sayap pesawat di masa depan terus berkembang. Perusahaan pembuatan kapal terbang Airbus, terus mengembangkan sayap yang disebut semi aerolastic untuk mengurangi bobot sayap serta mengatasi efek turbulensi dan hembusan angin.
Airbus telah melakukan uji coba pada model pesawat AlbatrossOne yang menggunakan sayap terbang berengsel. Uji coba dilakukan lewat remote control AlbatrossOne.
“Kami mengambil inspirasi dari alam. Burung albatros yang berhabitat di laut akan mengunci sayapnya di bagian bahu ketika harus terbang jarak jauh, dan membuka kuncian tersebut ketika angin berhembus atau dirinya harus bermanuver," Insinyur Airbus Tom Wilson.
Pesawat AlbatrossOne dengan menggunakan sayap pesawat berengsel diklaim leluasa beradaptasi terhadap turbulensi secara otomatis saat terbang. Teknologi inipun, dipercaya dapat meringankan beban di pangkal sayap, dan mengurangi kebutuhan akan wing box yang berat.
Insinyur Airbus menegaskan, sayap ini berbeda dengan generasi sebelumnya, saat ada hembusan angin atau turbulensi, sayap pesawat konvesional akan membebani badan pesawat. Sehingga pangkal sayap perlu diperkuat dan penguatan menambah beban keseluruhan pesawat.
Dengan sayap berengsel yang dapat beradaptasi terhadap hembusan angin memungkinkan sayap yang lebih ringan dan panjang yang bakal meningkatkan efisiensi bahan bakar.
AlbatrossOne, yang dikembangkan insinyur Airbus di Filton, menyelesaikan uji terbang perdananya pada bulan Februari setelah menjalani program pengembangan selama 20 bulan. AlbatrossOne adalah merupakan pesawat pertama yang dibuat Filton sejak concorde.
AlbatrossOne terbuat dari bahan serat karbon dan polimer yang diperkuat dengan serat kaca serta komponen lapisan tambahan. Tim pengembang telah mempresentasikan hasil riset mereka dalam konferensi International Forum on Aeroelasticity and Structural Dynamics di Amerika Serikat pada awal Juni lalu.
