Gak Dipakai di Negaranya, TikTok Jadi Senjata Rahasia China Lumpuhkan Anak Muda?

- Rabu, 25 Januari 2023 | 19:30 WIB
TikTok diduga menjadi senjata rahasia pemerintah China. TikTok (REUTERS/Dado Ruvic)
TikTok diduga menjadi senjata rahasia pemerintah China. TikTok (REUTERS/Dado Ruvic)

TikTok diduga menjadi senjata rahasia pemerintah China untuk melakukan 'penjajahan' baru di era saat ini. Apalagi, aplikasi paling populer di dunia ini justru dilarang digunakan di negara pembuatnya.

Dugaan ini sebelumnya mengemuka di pemerintahan Amerika Serikat. Parlemen AS bahkan telah menyepakati rancangan undang-undang untuk melarang pegawai pemerintah menggunakan TikTok di perangkat milik negara.

Alat Intelijen

Kebijakan ini dilakukan sebagai bagian dari kecurigaan AS terhadap aktivias intelijen China. Pihak AS berpendapat, pemerintah Tirai Bambu dapat mengakses teknologi yang dimiliki perusahaan-perusahaan China untuk memata-matai warga AS.

Ini sebenarnya bukan hal baru. AS juga telah melarang dan mem-blacklist sejumlah perusahaan China untuk menjalankan atau membatasi aktivitas bisnisnya di Negeri Paman Sam.

Baca Juga: Tegas! University of Texas Larang Mahasiswanya Pakai WiFi Kampus untuk Buka TikTok

Perusahaan teknologi Huawei dan ZTE telah lebih dulu terkena imbas kecurigaan AS ini. Dua perusahaan itu telah dilarang untuk berjualan di AS.

-
TikTok diduga menjadi senjata rahasia pemerintah China. (REUTERS/Dado Ruvic)

Senjata Psikologis

Di luar itu, dugaan baru bahwa TikTok menjadi senjata rahasia China disampaikan seorang blogger bernama Gurwinder, di blognya, Gurwinder Substack. Namun agak berbeda, Gurwinder menilai TikTok menjadi senjata psikologis untuk menyerang otak dan pikiran penggunanya, terutama anak muda.

Menurutnya, TikTok menjadi senjata yang tidak melumpuhkan dengan menimbulkan rasa sakit, melainkan rasa senang. Hal ini dilakukan dengan cara kerja algoritma TikTok yang berbeda dari aplikasi media sosial lainnya, yang dia sebut sebagai algoritma FYP.

Jika jejaring sosial lain menggunakan algoritma rekomendari untuk menyempurnakan produk inti, TikTok justru menjadikan algoritma itu sebagai produk intinya. Ini tampak dari penggunaan awal aplikasi yang tidak mengharuskan penggunannya untuk memilih kategori konten yang diinginkan.

Pengguna langsung dicekoki oleh konten yang ada, dengan pilihan untuk melanjutkan atau melewatinya.

Baca Juga: Tegas! Kemenkominfo Minta Platform Digital Hapus Konten 'Ngemis Online'

Dengan cara ini, TikTok disebut mempelajari kebiasaan untuk membangun profil dirinya. Durasi video yang sangat singkat, juga membuat TikTok menjadi lebih cepat mengenali pengguna untuk dengan cepat membidiknya dan menjadikannya kecanduan.

Saat kamu menonton, berkomentar, atau membagikan sebuah konten, TikTok mencatat bahwa kamu menyukai konten semacam itu. Dari situ, TikTok akan memberikan lebih banyak video hingga menghipnotis penggunanya.

Tak heran, muncul banyak challenge aneh, bahkan berbahaya dari TikTok. Cereal challenge, salt challenge, skullbreaker, hingga blackout challenge, adalah beberapa di antara challenge yang menimbulkan sejumlah korban. Adapula challenge yang membuat penggunanya 'kehilangan akal sehat', seperti makan di pispot.

Halaman:

Editor: Gema Trisna Yudha

Tags

Rekomendasi

Terkini

Samsung Galaxy A54 vs A55, Mana Lebih Canggih?

Selasa, 26 Maret 2024 | 10:30 WIB

Xiaomi Pad 5 Mulai Kebagian Update HyperOS

Minggu, 24 Maret 2024 | 13:30 WIB
X