84 Persen Pekerja di Singapura Lebih Percaya Pada Robot

- Kamis, 17 Oktober 2019 | 14:35 WIB
Ilustrasi robot AI (Pexels/Alex Knight)
Ilustrasi robot AI (Pexels/Alex Knight)

Semakin banyak perusahaan yang mengadopsi teknologi canggih seperti kecerdasan buatan (AI), para pekerja kini mulai mulai mempercayai robot daripada manajer manusia mereka, dilaporkan dari sebuah studi. 

Penelitian dari perusahaan teknologi Oracle dan perusahaan Sumber Daya Manusia (SDM) Future Workplace menemukan bahwa 84 persen karyawan di Singapura lebih percaya pada robot daripada manajer mereka. 

Namun, mereka masih berpikir manajer mereka lebih baik daripada robot dalam beberapa hal, seperti memahami emosi pekerja, melatih pekerja, dan menciptakan budaya kerja yang efisien. 

Penelitian dari AI at Work tahunan ini, diterbitkan pada hari Rabu (16/10), mereka mensurvei 8.370 karyawan, manajer, dan pemimpin SDM di 10 negara, termasuk 260 responden dari Singapura.

Studi ini menemukan bahwa naiknya AI di tempat kerja telah membuat dampak signifikan pada hubungan antara karyawan dan manajer mereka, dan membentuk kembali peran tradisional yang dimainkan oleh petugas dan manajer SDM:

  • 84 persen responden Singapura mengatakan mereka akan lebih mempercayai robot daripada manajer mereka, setelah itu India (90 persen) dan Tiongkok (88 persen).
  • 47 persen mengatakan robot lebih baik dalam memberikan informasi yang tidak memihak.
  • 42 persen mengatakan robot lebih baik dalam menjaga jadwal kerja.
  • 34 persen mengatakan robot lebih baik dalam pemecahan masalah.
  • 30 persen mengatakan robot adalah sumber yang lebih baik untuk mengajukan pertanyaan tanpa pengawasan.

Ketika ditanyakan, apa yang bisa dilakukan manajer lebih baik daripada robot, orang Singapura mengatakan bahwa tiga tugas utama yang menjadi keunggulan manajer adalah:

  • Memahami perasaan mereka: 49 persen
  • Melatih mereka: 38 persen
  • Menciptakan budaya kerja: 36 persen

Kepala aplikasi manajemen sumber daya manusia Oracle untuk Asia Pasifik, Mr Shaakun Khanna, mengatakan kepada Todayonline, bahwa temuan penelitian ini merupakan "tanda peringatan besar" bagi para manajer.

"Semakin banyak AI masuk ke aplikasi perusahaan, manajer perlu mengembangkan kecerdasan emosional mereka untuk tetap relevan. Manajer yang efektif perlu memanfaatkan AI untuk membawa objektivitas dan kecerdasan emosional untuk memberikan empati dan menjadi pemimpin yang efektif, "katanya.

Khanna mengatakan para manajer juga dapat tetap relevan di tempat kerja dengan menggunakan data untuk membantu mereka dalam pengambilan keputusan atau menawarkan bimbingan dan saran.

AI Masuk ke dunia kerja 

Studi ini menemukan bahwa meskipun ada kekhawatiran bahwa AI akan mengganggu pekerjaan, banyak pekerja menyambut penggunaan AI di tempat kerja:

  • Sebanyak 56 persen pekerja di Singapura menggunakan beberapa bentuk AI di tempat kerja, lebih tinggi dari tingkat global sebanyak 50 persen
  • 49 persen di Singapura merasa bahwa penggunaan AI akan membantu membebaskan waktu mereka

Di antara negara-negara yang disurvei, 65 persen pekerja memiliki pandangan positif tentang memiliki rekan kerja robot, kesimpulan dari studi tersebut.

Para pekerja yang paling bersemangat tentang AI adalah mereka yang berasal dari:

  • India, tempat 60 persen pekerja mengatakan mereka merasa senang dengan teknologi tersebut
  • Tiongkok: 56 persen
  • Uni Emirat Arab: 44 persen
  • Singapura: 41 persen

Sementara itu, mereka yang paling tidak bersemangat tentang AI berasal dari:

Halaman:

Editor: Administrator

Rekomendasi

Terkini

X