Sebuah studi terbaru yang dilakukan ilmuwan berhasil memetakan pola perilaku stoners termasuk waktu yang lebih lama dibutuhkan untuk menanggapi tugas, efek yang cukup besar pada kinerja seseorang di tempat kerja atau sekolah dan potensi untuk menyebabkan kecelakaan di bawah pengaruh.
Studi tersebut berusaha memahami kelayakan pengguna teknologi sensor smartphone untuk mengidentifikasi keracunan ganja. Dengan tingkat akurasi 90 persen, mekanisme teknologi tersebut bekerja seperti yang diharapkan.
Dilansir dari India Times, Selasa (28/9/2021), penelitian itu diterbitkan dalam jurnal Drug and Alcohol Dependence. Para ilmuwan menggunakan serangkaian fitur berbasis waktu bersama dengan data sensor.
Baca juga: Nyapres di 2024, Giring Eks Nidji Yakin Jadi Presiden RI, Pengin Seperti Abraham Lincoln
Ilmuwan mengawasi data harian yang dikumpulkan dari orang dewasa yang mengkonsumsi ganja setidaknya dua kali dalam seminggu. Tujuan penelitian untuk menganalisis survei smartphone, pelaporan diri penggunaan ganja bersama dengan data sensor telepon yang sedang berlangsung.
Penelitian tersebut membuktikan bagaimana smartphone dapat digunakan untuk mengidentifikasi keracunan ganja dan memberikan bantuan bagi mereka yang memiliki kecenderungan berlebihan.
Meskipun overdosis ganja tidak mungkin dan tanaman itu sendiri dianggap tidak berbahaya, penggunaan teknologi tersebut dapat diperluas ke alkohol dan/atau obat lain untuk menawarkan bantuan kepada mereka yang mungkin paling membutuhkannya.
Studi semacam itu dapat membantu mengurangi cakupan bahaya dalam hal penggunaan dan penyalahgunaan narkoba, sekaligus mencegah kecelakaan bagi orang-orang di sekitar konsumen.
