Survei Perusahaan Keamanan Siber: Penipuan Kencan Online Marak di Asia Tenggara

- Rabu, 9 Februari 2022 | 16:31 WIB
Ilustrasi salah satu aplikasi kencan online, Tinder. (Unsplash/Mika Baumeister)
Ilustrasi salah satu aplikasi kencan online, Tinder. (Unsplash/Mika Baumeister)

Belakangan ini, publik disuguhkan dengan tontonan film dokumenter berjudul "Tinder Swindler" yang menceritakan aksi penipuan Simon Leviev kepada teman kencannya di aplikasi kencan online, Tinder.

Berbicara lebih lanjut mengenai aplikasi kencan online, perusahaan keamanan siber, Kaspersky dalam survei "Mapping a secure path for the future of digital payemnts in APAC" yang diadakan 2021, menemukan hampir 1 dari 2 orang (45 persen) orang di Asia Tenggara pernah menjadi korban penipuan uang dari kencan online. 

Dari siaran pers Kaspersky, Rabu (9/2/2022) seperti dikutip dari Antara, jumlah kerugian yang diderita kurang dari 100 dolar Amerika Serikat (sekitar Rp1,4 juta) namun, penipuan meski kecil-kecilan ini dialami oleh berbagai kelompok usia.

Baca Juga: Tips Aman Kencan Online Biar Tidak Ditipu seperti di Film 'The Tinder Swindler'

Generasi baby boomer (kelahiran 1946-1964) dan di atasnya (1918-1945) paling sering menjadi korban penipuan kecil-kecilan ini, yakni mencapai 33 persen. Adapun rata-rata penduduk Asia Tenggara yang pernah menjadi korban penipuan kurang dari 100 dolar AS berjumlah 22 persen.

Hampir 2 dari 5 orang di kelompok usia paling senior juga pernah kehilangan antara 5.000 sampai 10.000 dolar AS karena ditipu teman kencan online. Sementara sebagian kecil generasi Z (8 persen) pernah tertipu lebih dari 10.000 dolar AS karena kencan online.

Dari pantauan Kaspersky, penipuan kencan online meningkat sejak 2020, ketika pandemi mewajibkan hampir semua kegiatan menggunakan internet termasuk untuk bersosialisasi.

Penipu kencan online sering membagikan cerita yang tidak konsisten dan seringkali tidak memiliki jejak digital sehingga sulit dilacak.

Artikel Menarik Lainnya:

Editor: Administrator

Tags

Rekomendasi

Terkini

X