Pemiliki akun Twitter @birk menjabarkan mengapa negara kecil seperti Swedia, bisa memiliki banyak perusahaan startup kelas unicorn.
Salah satu penyebabnya adalah karena akses internet yang sangat cepat di Swedia. Bahkan, saat Birk bekerja di daerah terpencil, dia bisa mendapatkan akses internet dengan kecepatan 680 Mbps.
Birk menggunakan situs fast (dot) com untuk mengecek kecepatan akses internetnya. Jika di daerah terpencil saja bisa secepat itu, bayangkan kecepatan internet di pusat-pusat kota Swedia.
Q: ”Why is does little Sweden have so many unicorn startups?”
— Birk Jernström (@birk) October 13, 2020
I’m on a remote, isolated, Island right now. pic.twitter.com/GP3pAzUz0W
Unggahan Birk ini kemudian memicu diskusi dari banyak pengguna internet mengenai kecepatan internet di negaranya masing-masing.
Seorang netizen Kanada, misalnya mengatakan dengan tarif sekitar 75 dollar Kanada atau sekitar Rp841 ribu dalam sebulan, dia bisa mendapatkan kecepatan hingga 1,1 Gbps.
Ada juga netizen yang tinggal di Nairobi, Kenya memamerkan bahwa di daerah tersebut dia bisa menikmati akses internet hingga 1,0 Gbps.
$75 a month gets you this in Canada, not rural, but not only in major city centers either. pic.twitter.com/0qmukXcdQZ
— Andy Peatling (@apeatling) October 13, 2020
Nairobi, Kenya ???????????????? pic.twitter.com/BTZlhKj0nm
— Brian Moenga (@MoengaB) October 14, 2020
I'm paying $18 usd a month for this service in Buenos Aires, Argentina pic.twitter.com/UUgqvRYV6k
— Alejandro Oviedo (@a0viedo) October 13, 2020
Netizen Indonesia pun tidak mau kalah memperlihatkan kecepatan internet di negara tercinta. Sayang, hasilnya tidak begitu menggembirakan.
Akun Twitter @Fajar_Stwan mengunggah bahwa dia hanya mendapatkan kecepatan internet 140 kbps, yang bahkan tidak menyentuh angka 1 Mbps.
DualPlay nya @indihome memang yang terbaik. Aku cinta indihome ???? pic.twitter.com/gkGOelXi1H
— Fajar Setiawan (@Fajar_Stwan) October 14, 2020
23$ in Jakarta, Indonesia pic.twitter.com/IF0dHJCpL3