Cuma Pakai 1 Video, TikTok Ternyata Bisa 'Bunuh' Otak Penggunanya Lho!

- Selasa, 28 Maret 2023 | 19:00 WIB
Ilustrasi TikTok. (REUTERS/Dado Ruvic)
Ilustrasi TikTok. (REUTERS/Dado Ruvic)

Apakah kamu pernah mendengar istilah 'TikTok Brain'? Ini adalah istilah untuk mengisyaratkan apa yang dilakukan platform video pendek terhadap kognisi manusia dan fungsi mental penggunanya secara keseluruhan.

Ada banyak bukti tentang efek merugikan dari aplikasi tersebut pada penggunanya, terutama pada perkembangan otak anak-anak dan remaja yang ironisnya yerjadi pada pengguna TikTok yang paling rajin scrolling

Baca Juga: 5 Alasan Mengapa Gen Z Lebih Pilih iPhone Ketimbang Android: Ada Faktor Gengsi Juga!

Platform Video Pendek Dapat Mengurangi Memori dan Perhatian Penggunanya

-
Ilustrasi TikTok. (REUTERS/Dado Ruvic)

Dikutip dari Social Media Psychology, menonton konten dari aplikasi video pendek berdurasi 15 hingga 30 detik tanpa henti dapat memangkas rentang perhatian kita seperti yang tidak dapat dilakukan oleh media sosial lain. 

Disisi lain, terdapat sebuah fakta yang mengatakan bahwa pengguna aplikasi video pendek bisa menghabiskan berjam-jam lebih banyak di TikTok dibandingkan dengan platform media sosial lainnya. 

Alhasil, memori jangka pendek dan kemampuan berkonsentrasi pengguna aplikasi tersebut secara tidak langsung juga terpengaruh.

Seorang TikTokers melaporkan bahwa mereka tidak dapat lagi fokus pada format video yang lebih panjang, apalagi membaca buku atau mengerjakan pekerjaan rumah. Sebanyak 50% pengguna mengakui bahwa mereka merasa video berdurasi panjang adalah sesuatu yang "menegangkan". 

Tampilan Interface TikTok Bikin Kecanduan

-
Ilustrasi TikTok. (REUTERS/Dado Ruvic)

Tampilan interface TikTok yang easy to use diyakini dapat membuat seseorang menjadi kecanduan terhadap aplikasi tersebut. 

Tidak seperti Facebook atau Instagram yang sebagian besar menyajikan konten dari orang atau merek yang sudah kita ikuti, TikTok mengandalkan metode 'pengguliran tanpa akhir', mengeluarkan rekomendasi berbasis algoritma untuk menghibur penggunanya dari content creator yang tidak dikenal sekalipun. 

Hingga sampai saat ini, Content Detection Algorithm sengaja dikembangkan dan terus disempurnakan agar sesuai dengan minat pengguna dan mempertahankannya di dalam aplikasi selama mungkin. 

Dalam hal ini, TikTok adalah platform yang menganut voyeurisme sosial. Satu studi menemukan bahwa konten yang dibuat kreator adalah jenis konten yang paling membuat ketagihan anak muda yang secara langsung datang ke aplikasi untuk menikmati kehidupan orang lain. 

TikTok beroperasi berdasarkan prinsip psikologis penguatan acak, aliran video tanpa akhir dengan sendirinya membuat pengguna ketagihan, sehingga berharap mendapatkan hadiah (dalam bentuk video lucu, diikuti dengan suntikan dopamin di otak) setiap saat. 

Lonjakan dopamin yang terjadi secara berurutan inilah yang membuat TikTok mirip dengan perjudian. Sebuah penelitian menunjukkan bahwa kecanduan secara bertahap dapat 'menyusutkan' fungsi otak manusia.

TikTok Mempengaruhi Keterampilan Membaca Seseorang

-
Ilustrasi dua orang wanita sedang membuat video TikTok. (FREEPIK)

Sepertinya kita sama-sama sepakat bahwa otak kita mampu mencerna informasi lebih cepat jika informasi tersebut dibuat menggunakan metode visual daripada teks. Inilah mengapa video akan selalu menutupi informasi berbasis teks. 

Halaman:

Editor: Administrator

Tags

Rekomendasi

Terkini

X