Studi Ini Ungkapkan Pembuktian AI dalam Melawan Kanker Terkait Asbes!

- Selasa, 30 Maret 2021 | 15:24 WIB
Ilustrasi AI. (photo/Ilustrasi/Pexels/Pixabay)
Ilustrasi AI. (photo/Ilustrasi/Pexels/Pixabay)

Sebuah penelitian genomik internasional baru yang dipimpin pihak University of Leicester memakai kecerdasan buatan untuk mempelajari bentuk agresif kanker, yang dapat membantu tingkatkan hasil pasien. Mesothelioma disebabkan oleh partikel asbes yang menghirup dan paling sering terjadi di lapisan paru-paru atau perut. 

Saat ini, hanya terdapat tujuh persen orang bertahan hidup lima tahun usai didiagnosis, dengan prognosis rata-rata 12 hingga 18 bulan. Ini dilakukan oleh Program Penelitain Mestohelioma Leicester sekarang telah ungkapkan, memakai analisis AI dari mesothelioma yang berurutan DNA, bahwa mereka berevolusi di sepanjang jalur yang sama atau berulang antar individu. 

Jalur ini memprediksi agresivitas dan kemungkinan terapi dari kanker yang tidak dapat disembuhkan ini. Di sisi lain, Profesor Dean Fennell selaku Ketua Onkologi Medis Thoracic di Universitas Leicester dan Direktur Program Penelitian Mesothelioma Leicester memberikan komentarnya.

"Telah lama diketahui bahwa asbes menyebabkan mesothelioma, namun bagaimana hal ini terjadi tetap menjadi misteri." katanya.

"Menggunakan AI untuk menginterogasi 'data besar' genomik, pekerjaan awal ini menunjukkan kepada kita bahwa mesothelioma mengikuti jalur mutasi yang teratur selama perkembangan dan bahwa yang disebut lintasan ini memprediksi tidak hanya berapa lama pasien dapat bertahan hidup, tetapi juga cara mengobati kanker dengan lebih baik - sesuatu yang Leicester ingin pimpin secara internasional melalui inisiatif uji klinis. " jelasnya. 

Sementara penggunaan asbes sekrang dilarang, dan peraturan ketat diberlakukan mengenai penghapusannya, setiap tahun sekitar 25 orang didiagnosis dengan mesothelioma dan 190 didiagnosis di East Midlands. Sampai saat ini, kemoterapi merupakan satu-satunya pilihan berlisensi untuk pasien mesothelioma.

Profesor Fennell bekerja sama dengan Universitas Southampton baru-baru ini membuat terobosan besar dalam mengobati penyakit dengan menunjukkan bahwa penggunaan obat imunoterapi yang disebut nivolumab meningkatkan kelangsungan hidup dan menstabilkan penyakit bagi pasien.

Artikel Menarik Lainnya:

Editor: Administrator

Tags

Rekomendasi

Terkini

Samsung Galaxy A54 vs A55, Mana Lebih Canggih?

Selasa, 26 Maret 2024 | 10:30 WIB

Xiaomi Pad 5 Mulai Kebagian Update HyperOS

Minggu, 24 Maret 2024 | 13:30 WIB
X