Data Akun Palsu Belum Beres, Elon Musk Ancam Gak Jadi Beli Twitter

- Rabu, 8 Juni 2022 | 05:31 WIB
Akun Twitter Elon Musk. (REUTERS/Dado Ruvic/Illustration/File Photo)
Akun Twitter Elon Musk. (REUTERS/Dado Ruvic/Illustration/File Photo)

Elon Musk pada Senin (6/6/2022) mengancam menarik tawarannya untuk membeli Twitter jika perusahaan jejaring sosial itu gagal memberikan data akun palsu.

Dikutip dari AFP, Selasa (7/6/2022), Musk menuduh Twitter melakukan pelanggaran material dari perjanjian merger dan ia memiliki hak untuk tidak melanjutkan kesepakatan, menurut dokumen yang diajukan pihak Musk ke regulator sekuritas.

Dokumen pengajuan tersebut menandai eskalasi pernyataan Elon Musk yang sebelumnya menyoroti perihal akun palsu yang bisa menimbulkan pembatalan kesepakatan sebesar 44 miliar dolar AS untuk mengambil alih Twitter.

Baca juga: Clubhouse PHK Karyawan, Perubahan Strategi Jadi Alasannya

Ancaman tersebut juga menandai pernyataan Musk yang disampaikan secara tertulis untuk pertama kali dan bukan mengunggahnya melalui platform media sosial Twitter.

Sebelumnya pada April, Musk menyetujui kesepakatan untuk membeli Twitter. Namun pada pertengahan Mei, ia mulai menyinggung mengenai kekhawatirannya terhadap akun palsu yang beredar di Twitter.

Menurut Musk, jumlah bot sebenarnya mungkin empat kali lebih banyak dari perkiraan yang diberikan Twitter. Bot dapat digunakan di media sosial untuk menyebarkan berita palsu atau menciptakan kesan terdistorsi tentang seberapa luas informasi dikonsumsi dan dibagikan.

Di sisi lain, menurut CEO Twitter Parag Agrawal, kurang dari lima persen akun yang aktif pada hari tertentu di Twitter adalah bot, tetapi analisis tidak dapat direplikasi secara eksternal untuk menjaga kerahasiaan data pengguna.

Namun Musk mengabaikan tanggapan dari Twitter tersebut dan menegaskan kembali sikapnya itu pada Senin (6/6).

Pengacara Musk, Mike Ringler, mengatakan bahwa Twitter telah gagal menanggapi pertanyaan valid yang diajukan Musk mengenai akun palsu.

“Musk menjelaskan dia tidak percaya bahwa metodologi pengujian yang lemah dari perusahaan itu memadai sehingga dia harus melakukan analisisnya sendiri,” kata Ringler dalam sebuah surat.

Untuk melanjutkan kesepakatan, menurut dokumen itu, pihak Musk harus memiliki pemahaman yang lengkap dan akurat tentang inti model bisnis Twitter termasuk basis pengguna aktifnya.

Sejumlah pengamat menilai pertanyaan Musk tentang bot Twitter itu disampaikan sebagai cara untuk mengakhiri proses pengambilalihan atau untuk menekan Twitter agar menurunkan harga.

Melalui Twitter, analis Wedbush Dan Ives pada Senin memprediksi adanya biaya penalti sebesar 1 miliar dolar AS jika terjadi kemunduran kesepakatan antara Musk dan Twitter. Sementara Angelo Zino dari CFRA Research berpendapat pihaknya memprediksi kesepakatan diselesaikan di pengadilan.

Halaman:

Editor: Administrator

Tags

Rekomendasi

Terkini

X