INDOZONE.ID - Satelit seberat 2,7 ton dilaporkan telah jatuh di atas Laut Bering, bagian dari Samudera Pasifik, di dekat Kepulauan Aleutian. Beberapa bagian dari satelit juga sempat terbakar di atmosfer.
Dikutip Gizmodo, Selasa (10/1/2023), NASA menyebut bahwa ada kemungkinan beberapa bagian dari Satelit Anggaran Radiasi Bumi (ERBS) tersebut mencapai permukaan Bumi.
NASA mengatakan satelit itu telah menghabiskan 38 tahun terakhir di orbit rendah Bumi, yang dikirim pertama kali 5 Oktober 1984 oleh Space Shuttle Challenger.

Baca juga: Realme Luncurkan Realme 10 Pro Series 5G dengan Rangkaian Teknologi Premium di Indonesia
Misi ERBS seharusnya hanya berlangsung selama dua tahun, tetapi satelit NASA itu menambah tugasnya selama 21 tahun, setelah pensiun di tahun 2005.
Saat beroperasi, ERBS mengumpulkan data tentang energi Bumi, yaitu keseimbangan antara jumlah energi matahari yang diterima Bumi dan jumlah yang dipancarkannya kembali ke luar angkasa.

Tiga instrumen di pesawat ruang angkasa digunakan untuk mengukur konsentrasi uap air stratosfer, ozon, nitrogen dioksida, dan berbagai aerosol. ERBS bahkan meningkatkan pemahaman tentang kesehatan iklim dan lapisan ozon.
Baca juga: Bangga! Satelit Buatan Indonesia Sukses Mengorbit
Uniknya, ERBS berkontribusi langsung pada penerapan Perjanjian Protokol Montreal 1987 yang membatasi penggunaan klorofluorokarbon (CFS) yang dianggap merusak, menurut NASA.
"Berharap sebagian besar satelit akan terbakar saat melewati atmosfer, tetapi beberapa komponen akan bertahan saat masuk kembali ke Bumi," jelas pernyataan NASA.

Jatuhnya satelit ERBS ke Bumi dapat memberikan risiko karena jika terdampar ke wilayah padat penduduk, dapat mengakibatkan korban. Syukurnya ERBS tak jatuh di wilayah tersebut.