Terlibat Pengaturan Skor, 6 Pemain Liga Basket Indonesia Dilarang Bermain Seumur Hidup

- Kamis, 30 Desember 2021 | 16:09 WIB
Ilustrasi bola bakset (Unsplash/Markus Spiske)
Ilustrasi bola bakset (Unsplash/Markus Spiske)

Liga Bola Basket Indonesia (IBL) musim 2021 ternyata dinodai kecurangan. Enam pemain peserta IBL terbukti terlibat pengaturan skor pada sejumlah pertandingan dalam kompetisi bola basket profesional musim ini.

Alhasil, sesuai peraturan IBL para pemain tersebut akan dijatuhi sanksi larangan bermain seumur hidup dan denda Rp100 juta.

Hal tersebut disampaikan oleh Direktur Utama IBL Junas Miradiarsyah, dalam konferensi pers virtual, Rabu (29/12/2021).

“Sesuai aturan IBL, jika terjadi hal seperti itu maka pemain mau terlibat langsung atau tidak, dia inisiator atau hanya ikut-ikutan, semua dinilai terlibat. Hingga mereka dikenai pasal yang sama, yakni larangan bermain seumur hidup di lingkup IBL dan denda Rp100 juta," kata Junas dikutip dari Antara.

Adapun keenam pelaku kecurangan itu yakni Aga Siedartha, Arisanda, Gabriel Senduk, Yoseph Wijaya, dan Aziz Wardhana dari klub Pacific Caesar Surabaya serta pemain Bali United Basketball, Yerikho Tuasela.

Junas menjelaskan bahwa pihaknya baru menyampaikan kasus tersebut karena pengaturan skor merupakan isu sensitif. Namun, pengungkapan ini dinilai tetap diperlukan sebagai bagian dari efek jera bagi para pemain.

Baca Juga: Persiapan Kualifikasi Piala Dunia FIBA 2023, Timnas Basket Indonesia Koordinasi dengan IBL

"Hal seperti ini pernah terjadi pada 2017 lalu, tetapi kami tidak diam. Begitu juga kali ini, kami buat tim, mendalami alurnya dan itu membutuhkan waktu. Kami ingin kompetisi ini berjalan dengan profesionalisme dengan dasar transparansi, jangan sampai meruntuhkan apa yang sedang kita bangun bersama,” jelasnya.

Dia menambahkan bahwa pengaturan skor ini terbukti setelah tim melakukan pengecekan pada beberapa aspek, seperti statistik pemain dari setiap gimnya dibandingkan dengan musim sebelumnya, "play by play" dan kejanggalan yang ada.

Perwakilan Pasific Caesar, Irsan Pribadi mengatakan bahwa pihaknya sudah mulai menaruh kecurigaan terhadap beberapa pemain sejak awal musim. Ia menyebut sekiranya ada 5 sampai 6 gim yang “dimainkan”.

Irsan mengatakan bahwa berdasarkan pengakuan dari para pelaku, masalah keuangan menjadi motif mereka melakukan pengaturan skor.

Sementara itu, Ketua Badan Etik dan Hukum PP Perbasi Charles Bronson Siringoringo mengungkapkan bahwa pengaturan skor kali ini terjadi karena adanya permintaan dari pemain judi online.

“Apabila mereka bisa memenuhi target misalnya “pesanannya” kalah 10 bola maka mereka dapat uang dari para pemesan judi online. Jadi ini murni pesanan dari para pemain judi online, tidak ada arah klub tertentu yang memesan untuk mengalah. Ini murni pesanan perorangan dari pemain judi,” imbuh Charles.

Artikel Menarik Lainnya:

Editor: Administrator

Tags

Rekomendasi

Terkini

X