Duel GM Irene Vs Dewa Kipas Diimingi Hadiah Rp150 Juta, Irene Bantah Mata Duitan

- Sabtu, 20 Maret 2021 | 15:16 WIB
Kiri: GM Irene (Instagram/irene_sukandar) / Kanan: Dadang Subur (Dok. Ali Akbar)
Kiri: GM Irene (Instagram/irene_sukandar) / Kanan: Dadang Subur (Dok. Ali Akbar)

Grand Master (GM), Irene Kharisma Sukandar, menepis tuduhan mata duitan yang dialamatkan kepadanya terkait duel melawan Dadang Subur alias Dewa Kipas.

Deddy Corbuzier menyediakan hadiah sebesar Rp150 juta dalam duel tersebut. Jadi, kalah atau menang, Irene dan Dewa Kipas tetap membawa pulang banyak uang.

Jumlah hadiah inilah yang kemudian membuat GM Irene mendapat tuduhan tak sedap dari netizen. Dia dinilai mata duitan karena baru bersedia melawan Dadang Subur jika bayarannya cocok.

“Misalkan dari mas Deddy mau mensponsori dan jumlahnya pas, oke,” kata Irene Sukandar kala itu.

Irene lalu memberi penjelasan mengenai pernyataannya tersebut. Menurutnya, permintaan tersebut adalah penegasan bahwa dia merupakan seorang pecatur profesional.

“Catur adalah profesi saya. Saya menginginkan adanya apresiasi. Misal penyanyi profesional jika diminta menyanyi di suatu tempat, pasti akan meminta hadiah atau bayaran, begitu juga pecatur profesional, itu di satu ranah yang sama,” kata Irene Sukandar dalam kanal Youtubenya, dikutip Sabtu (20/1/2021).

Menurut Irene, sudah wajar untuk seorang pecatur, terlebih dengan titel Grand Master, mendapatkan insentif yang layak hanya dari kehadirannya.

Sosok GM dalam sebuah turnamen akan mendongkrak nama turnamen tersebut. Irene mencontohkan Indonesia Open Chess 2013.

Turnamen tersebut kian bergengsi karena dihadiri sejumlah nama besar dunia catur seperti Nigel Short (Inggris), Aleksandr Moiseenko (Ukraina), Hoang Thanh Trang (Hongaria), serta Antoaneta Stefanova (Bulgaria).

Mereka datang ke turnamen tersebut tentu bukan cuma sebagai "tim hore", namun mendapatkan bayaran yang layak.

Dengan mendapatkan bayaran di duel melawan Dewa Kipas, Irene ingin memberi edukasi kepada publik bahwa catur juga bisa mendatangkan uang.

“Catur sebenarnya cukup menjanjikan. Kalau misalnya stigma soal catur tidak ada uangnya didengar oleh generasi penerus, teman-teman di level junior, atau anak-anak yang sedang berlatih catur, hal ini menjadikan mereka tidak memiliki motivasi lagi,” kata Irene.

Artikel Menarik Lainnya:

Editor: Zega

Tags

Rekomendasi

Terkini

X