Jadi Wasit di Olimpiade, Guru SD di Surabaya Ini Ngaku Awalnya Nggak Paham Badminton

- Selasa, 10 Agustus 2021 | 07:48 WIB
Guru SD Negeri Sawunggaling 1, Kota Surabaya, Qomarul Lailah, saat menjadi wasit di ajang Olimpiade Tokyo 2020. (ANTARA/HO-Humas Pemkot Surabaya).
Guru SD Negeri Sawunggaling 1, Kota Surabaya, Qomarul Lailah, saat menjadi wasit di ajang Olimpiade Tokyo 2020. (ANTARA/HO-Humas Pemkot Surabaya).

Qomarul Lailah, guru SD Negeri Sawunggaling 1, Surabaya didaulat menjadi wasit bulu tangkis di ajang Olimpiade Tokyo 2020. Namun siapa sangka bila dulunya ia tak begitu mengerti tentang badminton atau bulu tangkis.

"Awalnya saya tidak tertarik menjadi wasit lantaran tidak memahami olahraga badminton," kata Qomarul Lailah menceritakan pengalamannya saat kali pertama menjadi wasit di Surabaya, Senin (9/8/2021) mengutip Antara.

"Sampai para pemain berteriak kok begitu wasitnya, ada yang bilang ini wasit lulusan mana harus sekolah wasit lagi. Lalu dengan tetap optimistis, saya terus belajar hingga saya terus membaca buku berjudul Law of Badminton. Buku itu memang segala aturan dan instruksi dalam Bahasa Inggris," ujarnya.

Baca Juga: Kisah Pria yang Beri Semangat untuk Atlet Olimpiade Tokyo Setiap Hari di Depan Wisma Atlet

Sejak saat itu, ia terus berjuang mengikuti berbagai ujian nasional di berbagai ajang. Seiring perjalan waktu, Lia semakin melejit dalam dunia perwasitan. Namun begitu, ia tak melupakan kewajibannya menjadi pendidik SD mata pelajaran Bahasa Inggris.

Lia menjelaskan seluruh ilmu yang diperolehnya dari kiprahnya sebagai wasit  juga ia implementasikan di sekolah tempatnya mengajar. Ia pun mengaku anak-anak didiknya tersebut dilatih agar selalu disiplin, percaya diri dan pantang menyerah karena itu yang menjadi poin penting dalam meraih kesuksesan.

"Kalau kamu ingin berhasil nak, disiplin nomor satu. Saya ajarkan mereka jadi the real bonek, jadi bonek sejati itu bukan kalau kalah main itu sakit hati terus berantem. Tetapi keberanian yang kita butuhkan. Nah bahasa asing itu butuh keberanian karena bahasa itu kebiasaan. Saya ajarkan ke mereka itu 'wani' (berani) berbicara Inggris," lanjutnya.

Dengan begitu, ia berharap generasi penerus bangsa khususnya Arek-arek Suroboyo semakin gigih dan pantang menyerah dalam mewujudkan cita-citanya. Lia pun berterima kasih kepada berbagai pihak atas kesempatan yang diberikan, termasuk Dispendik Kota Surabaya.

Artikel Menarik Lainnya:

Editor: Edi Hidayat

Tags

Rekomendasi

Terkini

X