Piala Thomas: Kalah di Tangan Wakil Thailand, Pelatih Sebut Anthony Ginting Kurang Nekat

- Selasa, 12 Oktober 2021 | 08:24 WIB
Pebulutangkis tunggal putra Indonesia Anthony Sinisuka Ginting (ANTARA FOTO/Sigid Kurniawan/aww.)
Pebulutangkis tunggal putra Indonesia Anthony Sinisuka Ginting (ANTARA FOTO/Sigid Kurniawan/aww.)

Pemain tunggal putra, Anthony Sinisuka Ginting yang turun sebagai ujung tombak, gagal menyumbangkan poin pembuka bagi tim Indonesia saat melawan Thailand di Piala Thomas.

Kekalahan dari Kantaphon Wangcharoen, membuat Skuad Merah-Putih tertinggal 0-1 lawan Thailand.

Bertarung pada pertandingan penyisihan Grup A Piala Thomas 2020 yang berlangsung di Ceres Arena, Aarhus, Denmark, Senin (11/10/2021) malam WIB, Ginting sudah tampil maksimal dan sempat unggul di poin-poin kritis. 

Baca Juga: Piala Thomas: Jadi Pahlawan Indonesia saat Kalahkan Thailand, Vito Sempat Tegang

Sayang keberuntungan tidak berpihak pada dirinya. Meski di gim pertama sudah memimpin. Namun di dua gim berikutnya, dia gagal menuntaskan tugas. Ginting takluk, 21-16, 22-24, 23-25 dalam 88 menit. 

"Tadi di gim pertama saya bisa bermain baik. Di gim kedua dan ketiga sempat tertinggal dan bisa nyusul. Sayang di saat setting saya tidak bisa menyelesaikan pertarungan. Sayang juga saya tidak bisa menyumbangkan angka. Padahal di beregu seperti Piala Thomas satu angka itu sangat penting," kata Ginting usai laga dalam siaran pers Humas PBSI.

Pertarungan di gim pembuka antara Ginting dan Wangcgaroen berjalan ketat. Ginting sempat memimpin di interval pertama. Namun, lawan sempat melaju meninggalkan angka. Setelah itu, peraih medali perunggu Olimpiade Tokyo bisa membalikkan keadaan dan unggul 21-16 setelah pengembalian Wangcharoen keluar.

"Gim pertama saya bisa bermain baik. Saya bisa mengontrol permainan," ucapnya.

Di gim kedua Ginting sempat unggul hinga 6-4. Namun setelah itu ketinggalan terus hingga 7-11 di interval gim kedua. Perolehan sempat didekati Ginting hingga 9-11, tetapi setelah itu, lawan kembali meninggalkan angka Ginting hingga 10-15.

Meski tertinggal, Ginting terus berupaya mengejar, bahkan pelan tapi pasti bisa menambah angka demi angka. Ginting pun memaksakan terjadi deuce 20-20. Hanya karena kesalahan sendiri dan terpeleset, Ginting merelakan gim kedua untuk Wangcharoen dengan 22-24.

Gim ketiga perolehan angka demikian seret. Perbedaannya hanya tipis. Ginting memimpin interval gim kedua setelah lawan gagal menjangkau shuttlecock, 11-10.

Sempat tertinggal tiga poin, Ginting bisa nengejar hingga terjadi setting 20-20. Di poin kritis, terus terjadi jejar-kejaran angka hingga 22-22.

Poin terakhir yang memenangkan Wangcharoen, terjadi karena Ginting mengira pukulan smash ke arah badan lawan bisa mematikan. Ternyata refleks Wancharoen pas dan bisa mengembalikan shuttlecock halus ke sisi depan dan tak terjangkau Ginting.

"Di poin-poin kritis itu tak hanya faktor fisik dan teknik yang menentukan. Tetapi juga ada faktor mental dan keberuntungan," ujar Ginting.

Halaman:

Editor: Fahmy Fotaleno

Tags

Rekomendasi

Terkini

X