Striker Crystal Palace, Wilfried Zaha mendapatkan perlakuan rasisme di akun media sosial miliknya. Diketahui terdapat pula pesan rasisme yang dikirim oleh netizen Indonesia yang dibongkar oleh Zaha.
Di akun Instagram miliknya, Zaha membuka banyak pesan rasisme yang diterimanya dari netizen dan ia merasa hal tersebut tidak bisa diterima sebagai candaan.
Baca Juga: Pesepak Bola Eran Zahavi Edit Foto Pogba Pegang Bendera Palestina, Diganti Bendera Israel
"Pesan ini bukan agar saya mendapatkan sejuta pesan yang mengatakan kami mendukung Anda dan itu menjijikkan atau tentang saya yang ingin mendapatkan simpati," tulis Zaha di Instagram Story.
"Saya di sini bukan untuk semua omong kosong yang dilakukan alih-alih memperbaiki masalah yang sebenarnya!"
Pemain keturunan Pantai Gading itu kemudian memunculkan deretan pesan yang ia dapat yang menghinanya "simpanse" dan "monyet" bersama dengan beberapa emoji kera. Dalam lima pesan yang dibongkar Zaha terdapat juga pesan berisi makian rasis yang dikirim dengan menggunakan bahasa Indonesia.
Salah satu akun yang mengirimi direct message (dm) berisi ucapan rasis itu berasal dari satu akun bernama IFIA yang diduga berasal dari Indonesia. Namun saat Indozone berusaha menelusurui, sudah tak ditemukan lagi akun Instagram dengan username @ifiaramadani.
Usai mengekspose beragam pesan rasis yang didapatnya, Zaha menambahkan: “Saya tidak keberatan pelecehan karena saat ini itu terjadi karena saya melakukan pekerjaan meskipun itu bukan alasan, tapi warna kulit saya akan selalu menjadi masalah sebenarnya.
“Tidak apa-apa karena saya akan selalu menjadi HITAM DAN BANGGA! Bicaralah padaku ketika kamu benar-benar menganggap serius masalah ini.”
Sebagai informasi, dalam pertandingan akhir pekan lalu Zaha mencetak satu gol saat Crystal Palace mengalahkan Manchester City 2-0. Sementara itu, Instagram melalui pernyataannya menyatakan jika mereka tidak akan mengambil tindakan terhadap pesan rasis yang menargetkan Wilfried Zaha, kecuali Zahalah yang melaporkannya.
Zaha harus menggunakan akunnya untuk melaporkan setiap pelakunya, satu per satu. Dilansir dari Mirror, hal tersebut semakin menguatkan dugaan jika perusahaan media sosial tak punya keinginan untuk mengatasi rasisme.
